Drone Tanker akan Jadi Pendukung Penting F-35

Drone Tanker akan Jadi Pendukung Penting F-35

Pentagon telah memerintahkan Angkatan Laut AS untuk mengkonversi program Unmanned Carrier Launched Airborne Surveillance and Strike (UCLASS) menjadi drone tanker pengisian bahan bakar udara. Program tanker tak berawak baru adalah solusi Angkatan Laut untuk memperluas jangkauan dari sayap pesawat kapal induk guna menyerang wilayah yang jauh dan dilengkapi dengan sistem pertahanan kuat layaknya China dan Rusia serta tempat lain jauh di dalam Eurasia.

Langkah Pentagon ini memupus harapan banyak pihak seperti kongres, lembaga tink tank pertahanan dan sebagainya yang berharap memiliki drone tempur berbasis kapal induk.

Sebenarnya program Carrier Based Aerial Refueling System (CBARS) telah meramalkan untuk setidaknya tiga tahun terakhir. Dave Majumdar, editor pertahanan di National Interest menulis Sabtu 6 Februari 2016 bahwa pada akhir 2013, Direktur Perang Udara Angkatan Laut Amerika, Laksamana Mike Manazir, setelah secara eksplisit mengatakan kepadanya bahwa UCLASS akan dioptimalkan untuk memperluas jangkauan dari siluman Lockheed Martin F-35C Joint Strike Fighter. “Kita akan menempatkan kemampuan pengisian bahan bakar ke mereka dan mereka akan memiliki paket pertahahan di dalamnya,” kata Manazir. “Mereka akan dapat memberikan sesuatu seperti 20.000 lbs bahan bakar dan masih akan mampu tinggal di udara selama 7,5 jam. ”

Pada saat itu, Manazir mengatakan bahwa UCLASS akan menjadi pesawat sangat besar setara dengan F-14 Tomcat  dan akan mampu terbang selama lebih dari 14 jam. “Kita bicara tentang sebuah pesawat dengan berat 70,000- 80.000-pon,”  Manazir. “Kita bicara tentang pesawat dengan ukuran [Grumman F-14] Tomcat.”

Dengan demikian, premis dasar di balik program CBARS adalah bahwa hal itu akan dapat memperluas jangkauan sayap pesawat kapal induk. Sekarang, sayap Angkatan Laut harus bergantung pada tanker “sayap besar” Angkatan Udara seperti KC-135 atau KC-10. Boeing F / A-18E / F super Hornets juga dapat digunakan sebagai pengisi bahan bakar kepada temannya, tetapi akan mengurangi kemampuan tempur pesawat itu sendiri. Kehadiran CBARS akan membebaskan Super Hornets dari peran ini dan mengurangi ketergantungan pada aset Angkatan Udara.

Sejauh ini Pentagon belum secara eksplisit  berbicara tentang CBARS atau varian airframe yang mungkin digunakan sebagai gudang rudal untuk membantu mempertahankan kapal induk di bawah Naval Integrated Fire Control–Counter Air (NIFC-CA) yang mirip dengan pesawat arsenal yang juga ingin dibangun Pentagon. Manazir telah menyarankan bahwa UCLASS dapat digunakan sebagai gudang rudal terbang untuk Northrop Grumman E-2D Hawkeye atau memimpin penerbangan F-35C. “Mungkin kita menempatkan sejumlah besar AMRAAM (Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile) di pesawat ini hingg seperti truk pembawa rudal,” kata Manazir.

Dengan demikian, mungkin juga bisa digunakan untuk mengangkut senjata dalam jaringan NIFC-CA bersama F / A-18E / F dan EA-18G Growler.

Di bawah rencana Manazir, para siluman F-35C yang  rentang terbangnya diperpanjang oleh CBARS akan terbang wilayah musuh hingga masuk ke dalam dan bertindak sebagai simpul sensor terbang. Pesawat ini akan menggunakan sensor untuk mengidentifikasi target,  dan mengirimkan data ke penembak (F / A-18E / F, EA-18G, kapal perang permukaan dan kapal selam), dan kemudian memberikan bimbingan terminal senjata dan penilaian kerusakan menggunakan datalink taktis.

“Katakanlah kita berada di lingkungan anti-akses dan kita akan pergi jauh, kami akan meluncurkan semua pesawat untuk bersiap di udara, dan kami akan mendorong F-35C lebih dalam,” kata Manazir.

“Dia akan masuk ke sana menggunakan teknologi silumannya, dan dia akan mendapatkan kontak radar dan kontak permukaan dan akan mengidentifikasi mereka untuk kita.”

Baca juga: Menelusuri Momen-Momen Penting X-47B