More

    Mencari Ujung Perang Dingin di Timur Tengah

    on

    |

    views

    and

    comments

    Dapatkah Perang Dingin Menjadi Konflik Panas?

    Timbul kecenderungan ke arah konflik dapat diamati di Timur Tengah saat ini dari beberapa bidang. Pertama lima konflik bersenjata skala besar sudah beroperasi di kawasan ini yakni konflik Israel-Palestina, perang saudara di Libya, Suriah, Yaman dan Irak dan perluasan ISIS. Kedua eskalasi bentrokan Syiah-Sunni, ketiga, penurunan harga minyak telah menyebabkan pembentukan dua kelompok yang bertikai di OPEC dengan satu sisi di Arab Saudi dan monarki Teluk Persia lainnya yang mempertahankan atau bahkan meningkatkan volume produksi minyak, dan di sisi lain Iran, Rusia dan Venezuela, yang anggarannya diisi oleh pendapatan minyak dan sangat terpengaruh dengan penurunan harga minyak saat ini. Akhirnya faktor keempat adalah persaingan Iran-Arab yang sedang berlangsung untuk menjadi pusat kekuatan geopolitik yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

    Ada tiga skenario yang mungkin terjadi di Teluk Persia. Pertama pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran dapat bergerak ke tingkat perang perdagangan, penghentian transportasi dan Iran mungkin dikeluarkan dari kesempatan untuk melakukan ibadah haji ke Mekah (hal yang juga pernah dilakukan pada tahun 1988ketika ada pemutusan diplomatik hubungan antara Tehran dan Riyadh). Berbagai negara kemudian akan membentuk koalisi pro-Iran dan anti-Iran yang berpengaruh negatif terhadap kerjasama regional dan daya tarik investasi ke daerah tersebut. Arab Saudi dapat meningkatkan produksi minyak dan memperluas pasar ekspor, sementara Iran mungkin kesulitan memasuki pasar dan mengamankan pangsa setelah lama terkena sanksi. Teheran mungkin memilih diversifikasi ekspor hidrokarbon, lebih memilih gas daripada minyak.

    Skenario lain adalah perang hybrid. Teheran dan Riyadh mungkin mendukung oposisi masing dalam rangka mencapai kudeta (pergolakan internal) dan perubahan kekuasaan. Hari ini, Arab Saudi dikenal sebagai negara “Islam Amerika” oleh ulama Iran. Teheran juga mengungkapkan kesediaan untuk mendukung 15 persen populasi Syiah di Arab dan memberikan dukungan penuh kepada masyarakat Syiah di Bahrain (75 persen), Kuwait (30 persen), Qatar ( 20 persen), Dubai (30 persen), Abu Dhabi (20 persen) dan lain-lain.

    Di sisi lain, Kerajaan Saudi dapat mendukung oposisi, Iranian Green Movement, yang terorganisir dan melakukan serangkaian protes di Teheran pada 2009-2011. Dalam perang hybrid kemungkinan sabotase dan operasi teroris di industri minyak dan pengolahan untuk melemahkan infrastruktur musuh tidak boleh diabaikan kemungkinannya. Akibatnya, counteractions ini akan mempengaruhi pertumbuhan harga di pasar minyak. Perlu dicatat bahwa konflik internal berskala besar di Arab Saudi dan serangan teroris di ladang minyak akan berdampak kenaikan harga minyak dunia.

    Next: Skenario Konflik Arab-Iran Berjalan Lama
    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this