Tentara Pembebasan Rakyat berharap pesawat tempur bomber baru mereka JH-7A “Flying Leopard” dapat membantu memberikan China dorongan yang sangat dibutuhkan dalam peperangan elektronik udara
JH-7A adalah versi upgrade dari pesawat generasi keempat dua mesin JH-7 yng diproduksi oleh Xi’an Industri Aircraft Corporation. Pesawat tempur-bomber dikatakan sebagai langkah besar China dalam upaya untuk membangun “supremasi elektromagnetik,” kunci dalam pertempuran modern.
Menurut laporan Sina Defence Review China masih menghadapi masalah rendahnya kemampuan perang elektronik. Selain sedikitnya platform yang tersedia juga karena teknologi rendah dan kemampuan tempur.

Saat ini, PLA hanya memiliki dua pesawat kemampuan peperangan dan penanggulangan elektronik yakni HD-6, varian elektronik dari jet bomber H-6, dan Y-8G pesawat peperangan elektronik dari pesawat transportasi Y-8.
Meski sangat cocok untuk pertempuran, namun HD-6 terhambat karena tubuhnya yang berat, konsumsi bahan bakar yang tinggi dan daya tahan penerbangan singkat, sedangkan Y-8G dianggap lambat dan dengan kemampuan pertahanan yang buruk.
JH-7A diyakini menjadi sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh China. Sebuah pesawat yang mampu terbang lama dan dapat terlibat dalam peperangan elektronik sertamampu menahan serangan elektromagnetik, kata laporan yang dikutip Want China Times Rabu 12 Agustus 2015.
Yang tidak kalah penting, kapasitas beban pembom tempur ini dilaporkan cukup baik dengan bisa membawa beban peralatan perang elektronik China yang dikabarkan lebih berat dibandingkan buatan Amerika.
Meskipun demikian, teknologi China belum mencapai tingkat seperti sistem peperangan elektronik udara ALQ-99 dan ALQ-218 milik militer AS, yang mampu menerima dan jamming sinyal melalui aperture yang sama. Dengan demikian, JH-7A membutuhkan lebih banyak antena yang akan dipasang, meskipun ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu bisa mengganggu komunikasi dan sinyal PLA sendiri.
Selain instalasi peperangan elektronik, JH-7A juga dapat membawa senjata tempur seperti rudal anti-radiasi dan jarak udara ke udara rudal jarak menengah, kata laporan itu. Diharapkan JH-7A pada akhirnya bisa seefektif EA-18G Growler, pesawat peperangan elektronik berbasis kapal induk Amerika yang pernah menembak jatuh sebuah F-22A dalam latihan, laporan tersebut menambahkan.
JH-7A juga memiliki jarak dan kecepatan terbang yang cocok untuk pertempuran. Pesawat ini memiliki kemampuan rentang terbang 1.350 kilometer dan kecepatan hingga Mach 0,8, pesawat akan dapat berpartisipasi dalam misi dengan jet tempur seperti J -10 dan J-11. Diharapkan JH-7A juga akan menambahkan beberapa kemampuan stealth untuk membuat pesawat lebih sulit untuk dideteksi oleh radar.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/01/11/b-52j-centuryfortress-ancaman-paling-berbahaya-bagi-china/