Tidak Mudah
Korea Utara terakhir kali meluncurkan roket jarak jauh pada Desember 2012, mengirim apa yang disebut sebagai satelit komunikasi ke orbit.
Angkatan Laut Korea Selatan mengambil bagian pendorong tahap pertama yang merupakan bagian tangki bahan bakar dan salah satu dari empat mesin kemudi yang belum dapat dipastikan apakah teknologi dan bahan itu milik Korea Utara.
Pengamat mengatakan sebuah sarana peluncuran mampu membawa muatan sekitar 500 kilogram lebih dari 10.000 kilometer (6.200 mil), menurut Korea Selatan.
Sebuah hulu ledak nuklir yang beratnya sekitar 300 kilogram, meskipun Korea Utara tidak diyakini telah mampu memperkecil senjata nuklir untuk ukuran itu.
Dari bagian yang ditemukan, ahli menyimpulkan tahap kedua pendorong kemungkinan menggunakan teknologi rudal Scud pada zaman Soviet dan tidak menggunakan bahan pembakar canggih, menunjukkan roket itu cocok untuk peluncuran satelit tapi tidak layak untuk mengirim hulu ledak.
“Dugaan saya jika kamu mengambil roket yang mereka gunakan terakhir kali dan menempatkan hulu ledak di dalamnya kamu mungkin tidak akan dapat mencapai Amerika Serikat,” kata wakil direktur dan ilmuwan senior Program Keamanan Global Persatuan Ilmuwan Peduli, David Wright.
Pencarian informasi tentang program roket Korea Utara tidak akan mudah. “Beberapa bagian yang lebih menarik, mesin berefisiensi tinggi dan sistem panduan, berada di tahap atas, dan biasanya jatuh jauh ke dalam laut, dengan kecepatan tinggi ke dalam perairan yang dalam,” kata insiyur kedirgantaraan John Schilling.
“Lebih sulit menemukannya dibandingkan pesawat Malaysia yang dicari semua orang sepanjang tahun lalu,” katanya.
Baca juga: