Pada 29 Maret 2013 malam, kontingen pesawat tempur Rusia terbang melintasi Teluk Finlandia dan datang dalam jarak 18 sampai 24 mil dari wilayah Swedia dekat Gotland Island atau hanya 100 mil dari Ibukota Stockholm.
Pesawat mengikuti jalur penerbangan yang menyimpang dari rute angkatan udara Rusia khas di wilayah ini. Jika biasanya pesawat Rusia sering terbang antara daratan Rusia dan kantong Kaliningrad, Baltik, kala itu pesawat membuat jalan memutar yang mengisyaratkan mereka sedang melakukan simulasi beberapa jenis serangan.
Sebuah laporan NATO yang muncul saat ini mengkonfirmasi tujuan manuver Rusia kala itu. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam laporan tahunan 2015 yang dirilis akhir bulan lalu menyebut latihan itu sebagai salah satu dari beberapa “simulasi serangan nuklir” ke NATO dan mitra-mitranya.
“Sebagai bagian dari keseluruhan pembangunan militer, manuver militer Rusia dan latihan telah mencapai tingkat yang tak terlihat sejak puncak Perang Dingin,” tulis Stoltenberg sebagaimana dilaporkan Business Insider mengutip The Local, media Swedia Kamis 4 Februari 2016.
“Selama tiga tahun terakhir, Rusia telah melakukan setidaknya 18 latihan snap skala besar latihan, beberapa di antaranya telah melibatkan lebih dari 100.000 tentara. Latihan-latihan ini meliputi simulasi serangan nuklir ke Sekutu NATO (misalnya, ZAPAD [sebuah latihan militer skala besar Rusia]) dan mitra NATO (misalnya serangan disimulasikan pada Swedia pada Maret 2013),” lanjut laporan itu.
Menurut media berbahasa Swedia, Svenska Dogbladet dan kemudian dibahas di blog The Aviationist, operasi 2013 melibatkan dua pembom TU-22M3 Backfire dikawal oleh empat Su-27 Flanker.
TU-22M3 memiliki jangkauan operasional lebih dari 4.300 mil, dan mampu membawa rudal jelajah dan senjata nuklir. Pesawat jarak jauh ini sangat cocok untuk serangan strategis terhadap Eropa Barat. Sementara Su-27 Flanker adalah jet tempur pekerja keras Rusia yang ideal untuk melindungi pesawat senjata strategis selama misi pemboman.

Pesawat dilaporkan melakukan serangan pura-pura pada ke fasilitas militer di dekat Stockholm dan pusat kedua di Swedia selatan.
Kurangnya respon dari angkatan udara Swedia menunjukkan bahwa kelompok bomber Rusia bisa datang dalam jangkauan serangan nuklir dari ibukota Swedia dengan impunitas total.
Analis dari Center for European Studies yang berbasis Warsawa mengungkapkan, Swedia bahkan tidak memiliki tim reaksi cepat pada panggilan operasi malam, sebuah fakta yang terungkap karena “masalah struktural” dan masalah staf dalam angkatan udara negara itu . Dua F-16 Denmark pada misi pegngawasan udara NATO yang akhirnya membayangi pesawat Rusia. Tetapi insiden memunculkan kekhawatiran Swedia rentan terhadap serangan mendadak dari Rusia.
Hal itulah yang menjadikan negara yang bukan anggota NATO, meluncurkan operasi militer terbesar sejak Perang Dingin dalam menanggapi kehadiran sebuah kapal selam Rusia yang telah memasuki wilayah perairan negara itu pada bulan Oktober 2014. Hal ini menunjukkan Swedia mencoba untuk memperbaiki kelemahan mereka.