Angkatan Udara Amerika masih memiliki 200 F-15C / D Eagle yang merupakan pesawat tempur superioritas udara. Dan di usianya yang sudah tua pesawat ini akan mendapatkan peran baru yang sangat penting.
26 tahun setelah McDonnell Douglas – sekarang bagian dari Boeing – mengirimkan F-15C terakhir untuk Angkatan Udara, pesawat ini telah mendaptakan tambahan berbagai teknologi seperti sensor baru, peralatan komunikasi dan berpotensi pilihan senjata yang bisa memperpanjang relevansi operasional hingga 2030 dan bahkan lebih lama dari itu. Peran utamanya adalah sebagai pesawat yang mendukung siluman F-22 Raptor.
Pada 2009, Angkatan Udara Amerika telah memasukkan 400 Eagle dalam daftar pesawat yang akan dipensiun untuk digantikan dengan 381 F-22. Tetapi Menteri Pertahanan kala itu Robert Gates membatalkan program ketika 187 pesawat (termasuk prototip) F-22 diproduksi. Perang panjang di Irak dan Afghanistan mau tidak mau menguras dana mereka hingga Raptor menjadi korban pemangkasan.
Dengan 187 F-22 Raptor, tentu saja Amerika akan mengalami kekurangan pesawat superioritas udara. Dan dalam situasi seperti ini hanya F-15 yang mampu mengisi kekurangan tersebut. Hingga akhirnya Angkatan Udara mulai mempertimbangkan upgrade untuk menjaga elang bermesin ganda ini untuk tetap tangguh dalam beberapa dekade ke depan.
Secara struktural, F-15 baik-baik saja. F-15C / D yang rata-rata berusia lebih dari 30 tahun masih akan dengan aman bisa terbang setidaknya dua dekade lagi. “Sampai saat ini tidak ada yang membatasi umur F-15,” kata Kolonel Gerald Swift, maintainer F-15 Angkatan Udara pada 2011 lalu. “Ini adalah platform yang dirancang dengan sangat baik.”
Tapi banyak sistem F-15 ketinggalan zaman, khususnya pada sistem komunikasinya, peperangan elektronik dan sensor. Pesawat tempur baru China dan Rusia telah muncul dengan memiliki kisaran radar yang lebih luas dibandingkan milik Eagle. Selain itu kemampuan pelacakan serta rudal udara ke udara Rusia dan China akan menjadi ancaman F-15 C/D varian awal.