Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, Angkatan Udara kemudian membayar Boeing dan Raytheon untuk menginstal radar baru yakni APG-63 (v) 3 yang merupakan radar elektronik scan dengan kemampuan yang lebih luas. Sekitar selusin Eagle dibesut dengan kemampuan ini setiap tahunnya dengan biaya lebih dari US$ 5 juta per pesawat atau sekitar Rp67,5 miliar (dengan kurs Rp13.500). USAF memberikan kontrak untuk 17 radar baru berikutnya pada akhir Oktober 2015 lalu.
Dan pada 1 Oktober, Angkatan Udara juga memilih BAE Systems untuk meng-upgrade F-15 dengan Eagle Passive Active Warning Survivability System, all-digital radar- dan missile-detectors that cues the F-15’s radar jammers, radar-spoofing chaff dan flare untuk mengecoh rudal dipandu infra merah.
Radar dan peralatan perang elektronik baru bisa membantu F-15 bertahan di pertarungan melawan jet tempur baru. Dan kemampuan lain dari penambahan perangkat tambahan adalah mempersiapkan Eagle untuk sebuah peran lebih penting yakni sebagai truk rudal udara yang mendukung F-22. Boeing sedang mengembangkan pod untuk Angkatan Udara yang membantu pilot F-15 dan F-22 berkomunikasi tanpa memecah keheningan radio.
Talon HATE pod, yang masih dalam tahap prototipe, pada dasarnya bisa “menterjemahkan” datalink radio F-22 yang unik sehingga dapat mengalirkan informasi ke kokpit F-15 dan sebalinya. Sebagai bonus, Talon HATE pod termasuk sensor inframerah pasif, memungkinkan F-15 untuk mendeteksi target tanpa menyalakan radar. Menggunakan pod ini maka menerbangkan F-15 dan F-22 secara bersama akan menjadikan kedua pesawat bisa bekerja sama, kedua jenis pemindaian dan komunikasi tertutup untuk tetap mempertahankan sifat siluman F-22.
F-22 meski pesawat yang sangat cepat dan mampu menghindari deteksi tetapi tidak bisa membawa senjata yang lebih banyak. Dalam mode siluman, dengan senjata hanya ada di teluk internal, Raptor hanya mampu membawa delapan rudal udara ke udara. Jumlah ini empat di bawah kemampuan jet tempur Sukhoi Rusia dan China dalam konfigurasi maksimal mereka.
Dan mengingat bahwa hanya ada sekitar 140 F-22 yang memiliki kode tempur dalam persediaan Amerika, untuk menempatkan tugas superioritas udara sepenuhnya pada F-22 jelas akan memiliki risiko tinggi. Sudah jumlahnya sedikit, mereka juga kalah dalam hal kemampuan angkut rudal.