Komandan dari koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam operasi melawan ISIS di Irak dan Suriah pada menolak permintaan untuk menggunakan hujan bom terhadap para ekstremis.
“Kami terikat dengan hukum perang. Itu bukan hanya masalah apakah kau menang atau kalah, yang penting adalah bagaimana caramu untuk menang,” kata Letnan Jenderal Sean MacFarland yang ditugaskan di Baghdad kepada wartawan melalui teleconference Selasa 2 Februari 2016.
“Pemboman tanpa memandang bulu akan menjadikan kami tidak peduli jika kami membunuh mereka yang tidak bersalah maupun para kombatan sungguh tidak sejalan dengan nilai-nilai kami,” tambahnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, para penentang Obama terkait kebijakan tempur untuk mengalahkan kelompok bersenjata ISIS, menuntut untuk meningkatkan langkah-langkah terhadap para ekstremis, meskipun jika itu berujung kepada sejumlah kematian warga sipil.
Terutama Senator dari Texas, Ted Cruz, yang bersaing untuk menjadi kandidat presiden dari Partai Republik, pada Desember mengatakan AS sebaiknya menghujani sejumlah bagian Irak dan Suriah dengan bom.
MacFarland mengatakan bahwa itu adalah taktik yang dituduh digunakan oleh Rusia saat mereka melancarkan kampanye serangan udara terpisah di Suriah untuk mempertahankan rezim Presiden Bashar al Assad.
“Saat ini, kami memiliki landasan moral yang tinggi dan saya rasa itu hal yang harus dijunjung tinggi,” ujar jenderal dengan tiga bintang itu.
Para komandan Amerika Serikat telah secara resmi mengenali kematian 21 orang warga sipil dalam serangan mereka selama 18 bulan, yang telah menjatuhkan sekitar 10.000 bom di Irak dan Suriah.
Para pejabat seringkali menunjukkan bahwa banyak amunisi yang sangat mutakhir dan dapat mengenai sasaran dengan ketepatan yang tinggi. Meskipun demikian, para kritikus mengatakan jumlah kematian warga sipil diperkirakan lebih tinggi.
MacFarland mengklaim bahwa pertempuran melawan kelompok bersenjata ISIS mencapai kemajuan baik di Irak maupun di Suriah, dan mengatakan para ekstremis telah kehilangan wilayah yang pernah mereka kuasai sekitar 40 persen.
Kejadian paling penting hingga saat ini adalah direbutnya kembali Ramadi oleh pasukan keamanan Irak pada akhir tahun lalu, ujarnya.
Namun dia memperingatkan bahwa pertempuran masih akan terjadi selama berbulan-bulan, dan mengatakan para jenderal Irak berpendapat mereka tidak akan dapat merebut kembali Mosul yang merupakan kota kunci lainnya di Irak hingga secepatnya akhir 2016 atau awal 2017.
“Itu adalah perkiraan mereka dan kami menantikannya,” katanya sambil menambahkan bahwa meskipun dia menyebutkan bahwa pihaknya sedang mencari sejumlah aspek untuk mempercepat pertempuran itu.
Sejumlah pilihan yang saat ini masih dipertimbangkan adalah peluncuran instruktur tambahan asal Barat untuk membantu mempersiapkan pasukan keamanan Irak demi menghadapi pertempuran yang diperkirakan akan sulit dan rumit.
Baca juga: