Laporan tahunan tentang Operational Test & Evaluation (OT&E) F-35 dinilai oleh Joint Program Office (JPO) atau kantor program bersama di Washington DC tidak mengejutkan. Padahal dalam laporan itu disebutkan pesawat siluman itu mengahadapi lagi sejumlah masalah termasuk penundaan untuk mendapatkan kemampuan tempurnya setidaknya satu tahun ke belakang.
Dalam laporan tim evaluasi Pentagon disebutkan F-35 masih mengalami banyak kekurangan dalam software Blok-2B, serta kesiapan software blok-3F yang harus digunakan untuk F-35 mencapai Inititial Operation Capability (IOC) dengan Angkatan Udara AS kemudian di 2016. Masalah ini akan membuat pesawat rentan terhadap ancaman yang ada saat ini. Padahal F-35B milik Korps Marinir Amerika Serikat telah dinyatakan operasional pada Juli 2015 dengan blok-2B. Dengan kata lain, pesawat mereka sebenarnya tidak siap untuk bertempur.
Dalam sebuah pernyataan, Program Executive Officer F-35 Chris Bogdan mengatakan semua masalah yang disebutkan dalam laporan itu sudah diketahui JPO, layanan AS, mitra internasional dan tim industri. Dia mengatakan sistem misi perangkat lunak dan Autonomic Logistics Information System (ALIS) dianggap sebagai hal yang paling berisiko.
Coding untuk sofware blok 3F selesai pada Juni 2015 dan perangkat lunak telah dirilis untuk pengujian penerbangan. Perangkat lunak ini juga terus update, menurut Bogdan. Update tambahan direncanakan akan dilakukan sepanjang 2016 dan 2017. Pengujian serangan sudut tinggi dengan software 3F telahdilakukan dan terus ditingkatkan.
Masalah di mesin Pratt & Whitney F135 yang menyebabkan kebakaran sebuah F-35 pada bulan Juni 2014 juga telah diperbaiki. Solusi telah diimplementasikan pada lini produksi.
Bogdan menunjukkan program F-35 ini masih dalam tahap perkembangan. “Ini adalah waktu ketika isu memang harus ditemukan dan solusi diimplementasikan untuk memaksimalkan kemampuan F-35. Sementara program pembangunan sudah 80 persen selesai, kami mengakui ada kekurangan yang harus diperbaiki dan masih ada potensi temuan masa depan . ”
Ketika program pembangunan selesai pada musim gugur 2017, semua F-35 varian akan dapat membawa lebih dari 18.000 pon amunisi internal dan eksternal.
Dalam laporan juga disebutkan sampai saat ini telah ada 150 F-35 operasional dan 18 jet melakukan tes perkembangan dengan mencatatkan lebih dari 48.000 jam. Pada 2015, lebih dari 250 pilot termasuk dua yang pertama untuk Australia, Italia dan Norwegia masuk pelatihan. Lebih dari 2.800 pengembang memenuhi syarat untuk layanan jet, dengan mayoritas lulus dari Pusat Pelatihan Pesawat F-35 di Eglin AFB, Florida.
Selain itu, varian angkatan laut F-35C telah melakukan pendaratan di kapal induk lebih dari 200 kali dan F-35B telah dilakukan lebih dari 1.000 pendaratan vertikal.
Baca juga: