Pada akhir Januari lalu sebuah jet tempur pencegat MiG-31 Rusia jatuh setelah mengalami masalah teknis yang tidak disebutkan. Angkatan Aerospace Rusia kemudian melarang terbang 120 MiG-31 yang mereka miliki sampai didapatkan jawaban pasti dari jatuhnya epsawat tersebut.
Yang paling mungkin dari penyebab kecelakaan itu adalah usia pesawat yang memang sudah cukup tua. Alasan ini pula yang menjadikan pada akhir 2015 Angkatan Udara Rusia menerima dana sekitar US$378 juta untuk meng-upgrade 50 pesawat MiG-31 yang lebih tua untuk ditingkatkan menjadi standar MiG-31BM.
Sayangnya pesawat yang celaka tersebut juga merupakan standar BM seperti kecelakaana yang juga terjadi sebelumnya. Kecelakaan terbaru menunjukkan ada masalah dengan MiG-31 yang baru direnovasi. Masalah yang paling umum adalah mesin meskipun satu kecelakaan sebelumnya disebabkan masalah landing gear. Perbaikan termasuk mesin D30F6, yang ditingkatkan untuk menjadikan merek alebih kuat, efisien dan dapat diandalkan.

Namun ada beberap kecelakaan yang melibatkan mesin-mesin ditingkatkan. Pada Desember 2013 Rusia juga menggrounded 122 pesawat MiG-31 setelah salah satu dari mereka jatuh karena kedua mesinnya mengalami kegagalan.
Para pejabat angkatan udara Rusia sangat terganggu karena masalah datang ketika mesin baru saja ditingkatkan. Putaran terakhir upgrade untuk sebagian besar MiG-31 dengan standar MiG-31BM seharusnya mampu meningkatkan kehandalan, serta kinerja hingga MiG-31BM akan mampu mengambil sisa tugas mereka setidaknya untuk satu dekade ke depan. Upgrade juga termasuk radar baru dengan kemampuan deteksi 320 kilometer dan kemampuan untuk secara bersamaan melacak hingga 10 target. Tapi tanpa mesin dan komponen lainnya yang handal semua itu akan sia-sia saja. Masalah mesin ini yang paling dikhawatirkan para jenderal dan pilot Angkatan Aerospace Rusia untuk bis membawa MiG-31BM tetap terbang hingga 2030.