Pada akhir 2015 Irak menyatakan Ramadi, ibukota provinsi Anbar kembali di bawah kontrol pemerintah setelah sekian lama dikuasai ISIS. Kepada wartawan Komandan Irak menemukan dua jenis dukungan Amerika yang penting untuk membuat operasi sukses dan meminimalisasi jatuhnya korban di pihak pasukan Irak.
Wartawan tidak terkejut mendengar perwira Irak senang melihat kembalinya dukungan udara Amerika. Banyak dari komandan batalyon dan brigade ini sudah mulai berkarier di militer setelah tahun 2003 ketika dukungan udara Amerika adalah umum dan sangat menginginkan setelah politisi Irak pada 2011 menolak untuk membiarkan Amerika terus membantu dukungan udara.
Tetapi ada yang mengejutkan dari pernyataan Komandan Irak tersebut adalah bahwa Amerika Serikat mengirimkan sebuah pesawat peperangan elektronik yang mampu untuk secara selektif mendengarkan komunikasi nirkabel musuh. Dengan kemampuan ini petugas intel dan komandan Irak bisa mendengarkan komunikasi musuh secara real-time dan dijadikan sebagai dasar strategi serangan. Hal ini membuat musuh rentan karena tentara mendengarkan tidak peduli apa komunikasi nirkabel apa digunakan bisa dengan cepat disadap.
Tidak hanya penyadapan, pesawat juga bisa menentukan titik mana komunikasi berasal. Hal ini yang kemudian disusul dengan dikirimnya bomber B-1 untuk memporak-porandakan wilayah yang menjadi asal usul komunikasi para anggota ISIS tersebut.
Tidak banyak pesawat yang memiliki kemampuan ini di gudang Amerika. Salah satu dari sedikit pesawat itu adalah EC-130H Compass Call. Amerika hanya memiliki 14 pesawat penting ini.
Pesawat tersebut diperkenalkan pada awal tahun 1980, pada awalnya dirancang untuk menyadap sistem pertahanan anti-pesawat Soviet. Tetapi kemudian pesawat ini justru sangat penting ketika perang Afghanistan dan Irak. Sejak tahun 2002 14 pesawat ini telah terbang 7.000 sorti dan hampir menghabiskan lebih dari 40.000 jam di udara.