Sebulan sebelum Turki menembak jatuh sebuah pesawat pembom Rusia yang dituduh memasuki wilayah udara mereka, intelijen militer Rusia telah memperingatkan Presiden Vladimir Putin bahwa hal tersebut telah direncanakan Turki.
Diplomat yang akrab dengan peristiwa itu sebagaimana dikutip The Independent dalam laporannya Sabtu 30 Januari 2016 mengatakan bahwa Putin tidak mengindahkan peringatan itu, mungkin karena yakin Turki tidak akan mengambil risiko memprovokasi Rusia untuk terlibat lebih dalam dalam perang Suriah.

Hingga akhirnya peringatan itu menjadi kenyataan ketika pada 24 November tahun lalu F-16 Turki menembak jatuh sebuah pesawat pembom Rusia, menewaskan salah satu pilot. Rusia mengatakan hal itu sebagai penyergapan yang direncanakan sementara Turki menyatakan tindakannya sebagai respons terhadap pesawat Rusia yang masuk ke wilayah udaranya selama 17 detik. Tetapi berbagai fakta menunjukkan ada jet tempur Turki berusaha untuk menyembunyikan diri mereka dengan terbang di pada ketinggian rendah hingga mau tidak mau memang muncul kecurigaan pesawat itu terbang dalam misi khusus untuk menembak jatuh pesawat Rusia.
Insiden ini menjadi penembakan pesawat Rusia pertama oleh negara anggota NATO sejak Perang Korea. Hal ini penting karena menunjukkan seberapa jauh Turki berusaha mempertahankan posisinya dalam perang yang berkecamuk di 550 mil sisi selatan perbatasan mereka dengan Suriah. Hal tersebut juga menjadi sangat relevan dengan situasi yang berkembang saat ini ketika Turki menghadapi perkembangan militer di Suriah utara yang menimbulkan ancaman lebih serius adanya serangan singkat ke wilayah udaranya. Ankara juga membuat klaim terbaru bahwa pesawat Rusia kembali melanggar wilayah udara mereka pada Jumat 29 Januari 2016.