
Kembali ke pertanyaan kenapa Rusia harus terus membeli pesawat ini sementara ada T-50 yang sedang dibangun? Kesimpulan awal adalah ada masalah pada T-50 sehingga menjadikan Rusia tidak bisa berharap pesawat siluman ini bisa terbang dengan cepat. Sementara di sisi lain, Rusia juga dikejar dengan penuaan sejumlah pesawat. Tidak ada pilihan maka produksi pesawat Flanker harus digenjot untuk menutupi kelemahan ini.
Berbeda dengan F-35, pengujian T-50 mengambil tempat yang jauh dari jangkauan publik. Tapi dokumen yang bocor baru-baru ini ditemukan oleh pengamat penerbangan Rusia, Piotr Butowski menunjukkan bahwa revisi desain yang besar mungkin hraus dilakukan karena sejumlah masalah.
Jadwal T-50 pun diyakni akan molor panjang. Awalnya pesawat ini direncanakan untuk diserahkan kepada angkatan udara untuk uji terbang pada 2014. Tetapi kemudian pengumuman terbaru mengatakan kemungkinan pada paruh kedua 2016. Artinya rencana operasional penuh pada 2016 pun tidak akan tercapai.
Skenario awal Rusia akan melihat 60 produksi T-50 dikirim antara 2016 dan 2020. Tetapi sekarang tampaknya harapan yang jauh. Akibatnya, angkatan udara ini sangat perlu peralatan tambahan.
Dari ratusan jet tempur garis yang ada dalam pelayanan angkatan udara Rusia, kebanyakan berada dalam usia kritis. Runtuhnya Uni Soviet dan krisis ekonomi berikutnya mengurangi produksi pesawat tempur. Hanya dalam beberapa tahun terakhir Moskow memiliki sumber daya untuk membeli jet baru.
MiG-29, pelengkap untuk Su-27, juga sudah menua. MiG-31 masih menempati enam landasan garis depan, tapi hanya dalam jumlah terbatas telah ditingkatkan ke standar MiG-31BM. Dengan rencana upgrade untuk MiG-29 yang tidak jelas nasibnya dan pengganti MiG-31 yang juga belum tampak, tampaknya bahwa berbagai produk dari biro desain Sukhoi menjadi pilihan untuk diberi tugas membela langit Rusia dalam jangka panjang.
Tetapi kenapa harus tiga varian? Bukankah lebih efisien untuk fokus pada satu versi? Selama keluarga Su-30 menikmati sukses di pasar ekspor, hal ini tidak masalah. Tetapi fakta menunjukkan penjualan asing terancam mengering seluruhnya. Operator ekspor yang paling penting dari Su-30 seri, India dan China, memilih membangun armada mereka melalui lisensi. Dalam kasus China bahkan memproduksi tanpa izin.
Malaysia juga telah memutuskan untuk tidak mendapatkan lebih banyak Su-30MKM dan mempertimbangkan pilihan menyewa pesawat tempur. Indonesia masih memungkinkan untuk jadi pasar untuk mengganti F-5. Tetapi dipastikan jumlahnya tidak signifikan.
Ketiganya memang memiliki karakter yang berbeda. Su-35 menawarkan mesin yang lebih kuat, radar superior, dan suite pertahanan diri maju. Di sisi lain, Su-30SM lebih mudah tersedia, murah, dan memiliki keuntungan dari dua anggota awak, rendering itu cocok untuk misi tempur yang lebih kompleks serta pelatihan lanjutan.
Dengan peralatan dan kemampuan canggih, Su-35S mungkin adalah pejuang interim paling realistis sembari menunggu kedatangan tersembunyi T-50 dalam jumlah yang signifikan. Kabarnya pesawat ini mampu membawa rudal udara ke udara RVV-BD dengan radius 200-kilometer. Su-35S juga bisa membuktikan pengganti yang layak untuk armada MiG-31 yang menua.
Pilihan untuk memilih tiga varian ini sepertinya lebih pada kepentingan untuk menopang bisnis Irkut dan KnAAPO. Pada saat yang sama, membawa pesawat ini ke layanan Rusia bisa membuat mereka diharapkan lebih menarik bagi pembeli asing. Apalagi Su-35 yang telah lama terbukti sulit mendapat pasar.
Jadi jelas alasannya sekarang kenapa tiga Angkatan Udara Rusia terus menggeber tiga varian Su-30. Karena keterlambatan proyek T-50, lemahnya kekuatan udara mereka serta kepentingan ekonomi negara tersebut. (Selesai)
Sumber: The Week
Baca juga:
Apa Makna Su-27, Su-35, T-14? Inilah Cara Rusia Menamakan Senjata