The Week: Enough is enough, Hentikan Program F-35!

The Week: Enough is enough, Hentikan Program F-35!

Kritikan terus berdatangan pada program pembangunan jet tempur F-35 Lighting II. Majalah ternama The Week menyebutnya program ini sebagai bencana total.

Dalam laporan yang diturunkan Rabu 27 Januari 2016, majalah yang berbasis di Amerika ini menyebut  F-35 adalah bencana mutlak, dan harus ditinggalkan. Selain itu banyak skandal di sekitarnya.

Pesawat siluman supersonik F-35 Joint Strike Fighter seharusnya menjadi pesawat terbesar dan terbaik dunia yang pernah ada. Sementara siluman F-22 sebagai pesawat superioritas udara memastikan dominasi udara yang menjadikan dasar kenapa pesawat ini tidak boleh diekspor.

F-35 seharusnya dapat melakukan segala sesuatu, dan menjadi pesawat tempur bomber standar AS dan sebagian besar negara yang memiliki hubungan persahabatan dengan Amerika. “Pesawat ini seharusnya menjadi siluman, dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal, dan tahu tentang segala sesuatu berkat perangkat lunak dan sensor yang menakjubkan. Tetapi [F-35] sejauh ini tidak dapat melakukan itu,” tulis The Week.

Sejauh ini, program tersebut telah menelan biaya US$1,3 triliun. Sebagai perbandingan, Program Apollo untuk mengirim orang ke bulan, menelan biaya sekitar US$170 miliar dengan perhitungan nilai dolar pada tahun 2005.

“F-35 secara harfiah menjadi proyek militer paling mahal dalam sejarah. Pada 2014, program ini telah mengalami kenaikan biaya hingga US$163 miliar dan mundur tujuh tahun,” ulas The Week lagi.

Sejak awal F-35 dirancang untuk menjadi pesawat dengan fungsi yang menghebohkan. Pertama, ide untuk membuat satu pesawat yang sesuai dengan kebutuhan setiap cabang layanan. Marinir ingin pesawat yang bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal yang dan bisa membom target di tanah. Angkatan Laut menginginkan pesawat berbasis kapal induk. Angkatan Udara menginginkan pesawat yang bisa menembak pesawat lain.

Program asli “Joint Strike Fighter” yang menjadi sumber kelahiran F-35, dimulai pada awal 1990-an. Tujuannya adalah untuk menggantikan sebagian besar pesawat tempur dan bomber Amerika yang dibangun era Perang Dingin, termasuk F-16, F/A-18, A-10, dan AV-8B.

Masalah dengan pendekatan ini, tulis The Week adalah bahwa pesawat dirancang oleh tim berdasar daftarm keinginan. Ternyata mencoba untuk membuat sebuah pesawat yang bisa melakukan segala  hal berarti bahwa pesawat itu melakukan segala sesuatu dengan buruk.

Proyek ini telah mengalami penundaan tak berujung dan kelebihan biaya, dan tetap masih setengah matang. Masalah terbaru adalah bahwa software pesawat – dan ini sesuatu yang benar-benar penting bagi sebuah pesawat abad ke-21 – tidak bekerja sesuai harapan. Mantan penulis RAND John Stillion telah menulis bahwa F-35 “Tidak bisa berubah, tidak bisa memanjat, tidak bisa lari.” Pesawat ini berat, besar, dan tidak membawa banyak senjata. Bahkan memiliki masalah keamanan.

Next: Seni Memerah Kas