Pada tanggal 15 Januari, empat pesawat serangan A-29 mendarat di Bandara Internasional Hamid Karzai di Afghanistan. Untuk proyek yang dilanda penundaan dan persaingan industri militer yang tidak pernah berakhir, peristiwa ini merupakan tonggak penting.
A-29 adalah varian dari Embraer EMB-314 Super Tucano, pesawat turboprop canggih yang fleksibel baik sebagai pesawat latih maupun dukungan pasukan darat. Pentagon berencana membeli total 20 A-29 sebagai bagian dari paket bantuan militer untuk kekuatan udara Afghanistan.
“Pesawat serang ringan turboprop akan mengembalikan kemampuan serangan sayap tetap yang belum memiliki Angkatan Udara Afghanistan sejak abad terakhir,” kata Kolonel Michael Pietrucha dari Angkatan Udara AS yang telah menjabat sebagai perwira operasi perang dalam sebuah e-mail yang dikutip National Interest Rabu 27 Januari 2016.
Dalam sebuah artikel di War is Boring pada Desember 2015 Pietrucha berpendapat bahwa pesawat serang ringan seperti A-29 sangat ideal untuk perang intensitas rendah dan kontra pemberontak. ” A-29 relatif mudah untuk menerbangkan, tangguh di medan keras, bahan bakar sangat irit jika dibandingkan dengan pesawat jet dan memiliki daya tahan yang cukup baik.”
Pesawat mesin tunggal ini memiliki kecepatan maksimum hampir 370 mil per jam dan rentang hampir 700 mil sambil membawa lebih dari 3.000 pon senjata. Pesawat turboprop satu kursi ini dilengkapi dengan senapan mesin kaliber 50 di setiap sayap dan bisa membawa berbagai bom, roket dan pod senjata. Untuk membantu target spot, pesawat memiliki kamera yang bekerja dalam cuaca buruk atau di malam hari.
Embraer telah menjual versi dari EMB-314 kepada lebih dari selusin negara baik sebagai pesawat latih maupun serang ringan. Perusahaan Brazil bergabung dengan perusahaan penerbangan Amerika Sierra Nevada Corporation untuk menyediakan pesawat untuk Afghanistan.