Tank yang melihat musuh lebih dulu hampir selalu memenangkan pertempuran. Hal ini benar adanya, khususnya di hutan dan persawahan Asia Tenggara yang sangat dibutuhkan kemampuan kamuflase yang baik. Thailand — yang hendak mengantikan tank tempur mereka dengan T-90 Rusia — sepertinya paham prinsip dasar senjata tempur ini. Berikut tulisan dari Rakesh Krihnan Simha di Indonesia RBTH.
Pada December 2015, sebuah delegasi militer Thailand mengunjungi kantor pusat Uralvagonzavod di Moskow untuk meninjau langsung tank generasi ketiga T-90MS (kode “M” berarti tank tersebut sudah dimodernisasi).
Perwakilan Thailand mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap T-90 dan T-14 Armata untuk menggantikan tank inventaris tentara Thailand yang sudah ketinggalan zaman, tank Amerika M48A5 Patton. Namun, versi ekspor Armata masih dikembangkan dan perlu waktu beberapa tahun sebelum tank baru bisa diperoleh oleh pembeli asing.
Sementara, kebutuhan Bangkok terbilang mendesak karena Kamboja mengirim tank buatan Tiongkok ke perbatasan wilayahnya yang disengketakan dengan Thailand.
T-90 juga akan meningkatkan kemampuan tempur Tentara Kerajaan Thai secara drastis, khususnya batalion kavaleri lapis baja. Saat tank buatan Barat didesain untuk bertempur di Eropa, dan tank Tiongkok adalah tiruan impor Rusia yang berkualitas rendah, T-90 merupakan predator unggul yang dipersenjatai dengan baik dan mampu menaklukkan musuhnya di banyak segi. Tank ini didesain untuk bertahan di segala jenis iklim dan cuaca, dari stepa berselimut salju hingga hutan tropis yang lembab, dari pegunungan Himalaya hingga gurun berpasir.
Militer Thailand hanya perlu melihat Perang Vietnam untuk membayangkan seberapa efektif tank Rusia di dunia persenjataan tempur. Steven K. Zaloga menuliskan dalam T-54 and T-55 Main Battle Tanks yang dipublikasikan oleh Osprey Publishing, “Ketika Perang Vietnam kerap dibayangkan sebagai konflik gerilya, pertempuran tersebut dilakukan dengan metode konvensional, brigade tank Vietnam Utara membentuk ujung tombak yang membuat Vietnam Selatan kewalahan.”