Dipimpin oleh kapten Kapten Henry Druce yang baru berusia 23 tahun, pasukan kecil diterjunkan di malam hari untuk membangun aman ‘Bandit Base” dan zona drop untuk pasukan yang lebih besar lagi. Rencananya adalah bahwa sebanyak 120 prajurit SAS tanah untuk melancarkan sistem perang gerilya yang menggunakan strategi shoot ’n’ scoot” atau menyerang dan bergeser.
Mereka bahkan mungkin akan bisa merebut salah satu gunung untuk menuju Jerman dan bertahan sampai tentara Sekutu tiba yang dijadwalkan akan terjadi pada sekitar Natal.
Tetapi ada dua kesalahan perhitungan. Kesalahan pertama adalah gerak maju pasukan sekutu ternyata lebih lambat dari yang diperkirakan sehingga mau tidak mau operasi diperpanjang tanpa batas waktu.
Kesalahan kedua adalah bahwa daerah itu bukan daerah tanpa banyak kekuatan Jerman seperti yang diperkirakan. Sebaliknya, sebuah divisi dengan 5.000 tentara Jerman ditempatkan hingga kerap harus berhadapan dengan mereka.
Sesaat setelah mendarat Druce bahkan harus menemukan dirinya melawan Kolonel Erich Isselhorst yang dikenal sebagai pembunuh kejam.
Dan Komandan Gestapo di Vosges setelah mendengar laporan adanya pasukan payung mendarat di daerah tersebut langsung k meluncurkan Operasi Waldfest untuk memburu mereka.
Di bagian lain Mayor Hans Ernst, yang baru saja membantai 800 orang Yahudi Prancis di Auschwitz. Seorang pria sadis, dia adalah seorang ahli melakukan interograsi yang ekstrem. Tiba-tiba hutan tempat pasukan awal SAS mendarat dibanjiri dengan pasukan Jerman bersenjata berat, memaksa Druce dan anak buahnya untuk melarikan diri dari pangkalan pertama mereka. Bergerak melalui pegunungan dikejar oleh musuh.
Keajaiban yang mereka miliki adalah bahwa mereka tidak pernah dikhianati oleh penduduk setempat, meskipun Nazi mengambil tindakan yang sangat keras. Di desa Moussey, skuad SS bergerak di saat fajar satu hari Minggu dan menyeret 200 pria, wanita dan anak-anak dari rumah mereka.
Seorang petugas mencaci mereka dengan satu pertanyaan: Di mana yang penerjun payung Inggris bersembunyi? Ada juga yang mencoba membujuk. ‘Setiap orang yang melangkah maju dengan informasi tentang teroris ini akan bebas.” Konsekuensi mematikan jika tidak ada yang berbicara sampai tidak perlu dibilang.
Namun tidak ada penduduk yang mau berbicara meski ada sebagian yang tahu bahwa kamp rahasia SAS terletak beberapa mil jauhnya di hutan.
Penduduk setempat seperti Madame Rossi, yang tinggal di pinggiran desa, mengambil risiko besar untuk melindungi raider Inggris. Pada satu kesempatan Gestapo menggeledah rumah dan lingkungannya. Pada saat itu ada enam orang SAS berbaring tersembunyi di sana, berbaring di bawah roda air besar di bagian belakang. Orang ini tetap tutup mulut.
Wanita lain yang cukup mengagumkan dari desa Moussey adalah Mlle Bergeron, yang berlari membawa pesan antara SAS dan pasukan perlawanan Prancis. Jerman memukulinya dan berbalik ke dalam rumah dan menyeret ibunya yang berusia 80 tahun keluar dari tempat tidur dan memaksanya untuk menari tanpa baju sampai dia pingsan dan meninggal.
Namun, Mlle Bergeron tetap tidak berbicara. Wanita lain berbaris ke hutan di bawah todongan senjata dan berjalan begitu dekat dengan basis SAS juga tidak mengatakan apa-apa.
Tapi tangan besi Operasi Waldfest membuat hidup menjadi sangat sulit bagi Druce dan anak buahnya. Dengan tank Jerman dan tentara di setiap jalan, penduduk desa hanya memiliki sedikit kesempatan mengirimkan makanan untuk mereka. “Kami benar-benar terkepung,” katanya dan mulai kelaparan. Kondisi semakin breat karena cuaca. Hujan terus turun hingga pasukan hampir sepanjang waktu dalam kondisi basah kuyup di tengah hutan. Sementara pasukan sekutu tidak juga datang. (Bersambung)
