Pada tahun 1986 dengan apa yang disebut Reagan Build-up 387 pesawat tempur baru senilai US$12 miliar disampaikan untuk militer AS. Saat ini jumlah yang dibeli kurang dari 80.
Sekretaris Angkatan Udara Amerika Serikat telah berkali-kali mengeluh bagaimana militer Amerik Serikat berada di kurva bawah dalam anggaran. Hanya beberapa pesawat yang bisa datang dan pemotongan anggaran terus terjadi. Akibatnya jumlah pesawat yang dimiliki USAF saat ini berada pada titik paling rendah sejak 1947.
Meski nanti pesawat tempur siluman F-35 akan dipersenjatai dengan senjata yang paling moderen dan kemampuan siluman serta elektronik yang sangat canggih jauh di atas jet tempur lainnya, pejabat USAF berpendapat bahwa jumlah pesawat masih tetap penting.
Bulan ini menandai ulang tahun ke 25 dari Operasi Badai Gurun yang bisa disebut sebagai unjuk kekuatan pertempuran udara terbesar dalam sejarah. Sekarang USAF hanya bisa melihat hal itu sebagai sebuah kenangan tentang keperkasaan mereka.
“Pada saat Desert Storm, kami memiliki 134 skuadron tempur di angkatan udara AS. Saat ini kami memiliki hanya 55, “kata Sekretaris USAF Deborah Lee James pada konferensi CSIS di Washington DC pekan lalu. “Berkurang dari 134 menjadi 55 hanya dalam 25 tahun. Kami memiliki 8.600 pesawat saat itu dan hari ini hanya 5.400 pesawat. Sementara saya harus menyampaikan bahwa kami lebih sibuk dari yang pernah kita alami dengan terlibat di seluruh dunia.”
Analis kedirgantaraan Richard Aboulafia dari Teal Group saat berbicara pada sebuah forum Asosiasi Aeronautika Nasional di Washington DC mengatakan, “Dalam puncak terakhir sekitar tahun fiskal 2010-2011, kami membeli sekitar 75 [pesawat taktis] untuk jumlah uang yang sama [seperti pada tahun 1986]. Oh sayang, itu benar-benar tidak baik,” katanya.
“Tahun lalu, pemerintah menemukan cara menyuntikkan lebih banyak uang dan membeli lebih banyak pesawat, dengan 11 tambahan F-35 dan selusin [F / A-18] Super Hornets dan [EA-18G] Growlers . Ini adalah hasil yang positif, [tapi] apakah itu memecahkan masalah? Tidak.”
Menurut Aboulafia, perencana militer menghadapi empat pilihan yakni menghabiskan lebih banyak uang di pesawat; memotong struktur kekuatan untuk mendanai modernisasi; menjaga jet tua; atau menerima kenyataan kekuatan yang berongga. “Tak satu pun dari pilihan ini baik,” katanya.