Kecelakaan Drone AS Capai Titik Terburuk
MQ-9 Reaper

Kecelakaan Drone AS Capai Titik Terburuk

Kecelakaan Gray Eagle Juga Tinggi

Dari 20 kecelakaan drone Angkatan Udara tahun lalu hanya satu yang terjadi di Amerika, sisanya terjadi di luar negeri. Enam drone jatuh di Afghanistan, empat jatuh di Tanduk Afrika, di dekat pangkalan militer AS di Djibouti. Tiga jatuh di Irak dan ada juga yang jatuh di Kuwait, Turki, Suriah dan Libya. Sementara dua kasus lain tidak disebutkan di mana drone mengalami kecelakaan.

Selain Angkatan Udara, Angkatan Darat juga mengoperasikan armada drone sendiri. Hal untuk memperluas jumlah misi tempur serta untuk membantu mengimbangi pemotongan anggaran yang dialami Angkatan Udara.

Gray Eagle
Gray Eagle

Tahun lalu, Angkatan Darat melaporkan empat drone utama mereka jatuh dengan melibatkan Gray Eagle – model yang identik dengan Predator. Tiga kecelakaan terjadi di Afghanistan sementar satu terjadi di Irak.

Meskipun program pesawat tak berawak militer sebagian besar bukan rahasia tetapi pemerintahan Obama jarang membahas rincian tentang peran kunci mereka dalam strategi kontra-terorismenya. CIA menjalankan operasi drone sendiri secara rahasia, dan kerahasiaan misi mereka sering merembes ke Pentagon.

Letnan Jenderal Robert P. Otto, wakil kepala Staf USAF untuk program intelijen dan pengawasan, mengakui dalam sebuah wawancara bahwa telah terjadi lonjakan kecelakaan Reaper.

Banyak kasus masih diselidiki, namun Otto dan pejabat Angkatan Udara lain menyalahkan cacat starter generator Reaper teah menyebabkan setidaknya enam kecelakaan besar sejak Desember 2014. “Kami mencermati bahwa masalah inti ada di sana,” kata Otto.

Meskipun kekurangan pilot drone telah memaksa Angkatan Udara untuk mengurangi jumlah misi tempur, Otto mengatakan kecelakaan pesawat belum memaksa melakukan permintaan tambahan. Angkatan Udara memiliki drone pengganti cukup di persediaan, katanya, dan sudah memiliki pesanan yang sudah dilakukan sebelumnya untuk membeli puluhan Reapers selama beberapa tahun ke depan. “Hampir tidak terlihat ada dampak terhadap operasi,” katanya.

Tetapi Komandan Lapangan, telah lama mengeluhkan defisit drone. Pada bulan Maret, para komandan bintang empat pasukan AS di Timur Tengah dan Afrika mengatakan kepada Kongres bahwa Pentagon hanya memberikan kurang dari seperempat drone, pesawat lain dan satelit yang mereka butuhkan untuk misi pengintaian dan pengawasan.

“Predator telah menjadi senjata paling efektif dalam kampanye melawan teroris global,” kata Michael G. Vickers, mantan pejabat intelijen sipil Pentagon, pada sebuah sidang Komite Angkatan Bersenjata 12 Januari. Namun ia mengingatkan bahwa jumlah armada pesawat tak berawak “akan tetap menjadi faktor pembatas penting dalam pelaksanaan kampanye kami.”

Next: Predator Bermasalah Sejak Awal, Reaper Tertatih-Tatih