China menuding Filipina secara sengaja berupaya menakut-nakuti masyarakat melalui pernyataan bahwa China memperingatkan pesawat sipil kecil pengangkut pejabat Filipina melakukan pelanggaran saat memeriksa pulau sengketa di Laut China Selatan.
Filipina, Selasa 19 Januari 2016, menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada 7 Januari saat satu pesawat memeriksa Pulau Thitu di Spratly. Manila berencana memasang alat pengawas pada tahun ini saat pesawat mereka terbang di dekat pulau buatan China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengulangi pernyataan bahwa China memiliki kuasa penuh atas wilayah Spratly dan Filipina secara tidak sah menduduki delapan pulau sejak 1970-an, termasuk Thitu, dan mendirikan bangunan di wilayah tersebut.
“Tanggapan dari Filipina berupa kata untuk menakut-nakuti masyarakat secara sengaja membesar-besarkan ketegangan di kawasan itu dengan maksud membahayakan dan itu tidak akan berhasil,” kata Hong menjawab pertanyaan tentang peringatan terhadap pesawat Filipina tersebut.
Filipina berencana membangun sistem berbasis statelit senilai satu juta dolar AS di Thitu untuk jalur penerbangan komersial di Laut China Selatan setelah China pertama kali melakukan uji coba pendaratan pesawat di atas batu karang yang dibangun di Kepulauan Spratly, bulan ini.
Hong mengatakan bahwa beberapa aktivitas dilakukan oleh Filipina di atas kepulauan yang diduduki secara ilegal.
Kehadiran militer China ditingkatkan di Kepulauan Spratlys telah menambah kekhawatiran penguasaan atas wilayah pertahanan udara yang dapat memicu ketegangan di antara negara-negara lain yang mengklaim wilayah itu, dan Amerika Serikat berada di salah satu wilayah paling bergeolak di dunia.
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang dipercaya memiliki cadangan besar minyak dan gas, akan tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga melakukan hal serupa di wilayah perairan yang juga menjadi lintasan perdagangan senilai 5 triliun dolar AS setiap tahun.
Filipina dan Vietnam menentang uji coba pendaratan pesawat China di Fiery Cross Reef bulan ini. “Perhatian terhadap sepanjang aktivitas China baru-baru ini berupa reklamasi dan pembangunan landasan terbang di wilayah yang disengketakan tersebar ke beberapa negara sehingga menambah ketegangand di kawasan,” kata Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Filipina, Herminio Coloma.
Baca juga:
2 Pesawat Sipil China Mendarat Mulus di Landasan Laut China Selatan