Dicabutnya sanksi terhadap Iran menjadikan Teheran bisa mencairkan dana sekitar US$ 100 miliar yang sebelumnya dibekukan. Wartawan dan analis militer Rusia Alexander Sitnikov menyebut sebagian besar dana akan digunakan untuk mengupgrade kekuatan militer. Jadi hampir bisa dipastikan Teheran akan belanja senjata besar-besaran setelahi ni.
Mengomentari pengumuman Gubernur Bank Sentral Iran Valiollah Seif bahwa Iran akan menghabiskan sekitar US$30 miliar dana untuk impor barang penting. Sitnikov dalam tulisannya di Svobodnaya Pressa, menduga sebagian dari uang tersebut akan pergi ke arah upgrade potensi militer Iran yang harus diakui mengalami kemerosotan setelah pemberlakuan sanksi.
“Berdasarkan laporan dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei melihat kebutuhan mendesak negara itu untuk memperkuat militer negara itu,” tulisnya sebagaimana dikutip Sputnik Minggu 17 Januari 2016.
Sesuai dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), perjanjian internasional tentang program nuklir Iran yang dicapai di Wina Juli lalu, Teheran tidak diperbolehkan untuk membangun atau menguji sistem rudal, atau untuk membeli senjata konvensional canggih dari luar negeri. Namun, Sitnikov menambahkan, “Penting untuk dicatat bahwa JCPOA tidak menghalangi Iran dari haknya untuk membela diri.”
Sitnikov mencatat kekuatan dan kapasitas pertempuran militer Iran telah memburuk secara signifikan sebagai akibat dari sanksi. Mengutip analis pertahanan IHS Jane Ben Moses dia mengatakan kemampuan militer Iran “sangat lemah.”
“Pengadaan total senjata Iran tahun lalu US$ 550 juta” hitung Moses. “Jika Anda melihat impor pertahanan Arab Saudi, mereka menghabiskan US$7 miliar tahun lalu. UEA mengimpor senjata US$ 4 miliar. Oman US$ 1 miliar yang merupakan dua kali lipat total Iran.”
Sebuah “refresh” militer Iran menurut Moses, akan membutuhkan biaya sekitar US$40 miliar. “Dan politisi Iran dan pejabat militer telah menyebutkan angka yang sama,” tambah Sitnikov.