Jika Baghdad ingin menang, maka mereka harus mampu mendoorng ISIS keluar dari Mosul seperti yang terjadi di Ramadi. ISIS, bagaimanapun, menyadari mereka tidak bisa mengalahkan kekuatan menyerang dan kemungkinan akan membatasi ambisi mereka untuk mempertahankan sejumlah titik penting di kota. Tujuan mereka adalah untuk menciptakan perang kota dan mengarahkan pertarungan menemui jalan buntu dan terus menguras kekuatan penyerang. Akhirnya moral pasukan Irak yang telah tumbuh ketika memenangkan Ramadi akan bisa cepat menguap.
Di sisi lain pasukan Irak akan memasuki pertarungan dengan kesadaran penuh bahwa perang akan berlangsung lama, keras dan bahkan mungkin brutal. Dalam situasi ini Irak pasti menyiapkan strategi untuk menutup jalur pasokan ISIS hingga posisi mereka semakin lemah. ISIS akan dikepung untuk diisolasi dari bantuan asing mereka, dan mungkin yang paling penting, aliran pejuang pengganti juga akan terhenti atau setidaknya melambat. Sehingga lebih sulit untuk ISIS untuk menggantikan mereka yang tewas atau terluka.
Jika Irak gagal untuk mengambil Mosul ini akan menjadi sangat berbahaya. Moral pasukan ISIS akan meningkat dan mereka akan semakin mampu menunjukkan ke internasional bahwa kekuatan mereka tidak bisa diangap remeh. Selain itu kemenangan yang telah dicapai Irak sebelumnya juga akan menjadi rentan untuk hilang kembali. ISIS bisa saja bangkit dan merebut kembali Ramadi. Jadi Mosul akan menjadi sebuah pertarungan panjang, melelahkan, keras dan juga sangat menentukan.
Disarikan dari tulisan Daniel L. Davis, seorang analis keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Amerika. Dia merupakan pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Darat AS dengan empat empat penyebaran tempur. Tulsian dimuat di National Interest Sabtu 16 Januari 2016.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/10/23/5-senjata-paling-aneh-selama-perang-dunia-ii/