Akibatnya, Rusia bisa menantang superioritas udara Amerika di atas petak besar Timur Tengah yang telah didapat selama lebih dari 20 tahun. Sebuah faktor penting dalam persamaan ini adalah aliansi Rusia dengan Iran, sekutu kunci lain Suriah. Rusia tergantung pada wilayah udara Iran untuk koridor penerbangannya ke Suriah, dan dilaporkan siap untuk mendukung pasukan darat Iran selaras dengan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Para ahli dalam Rusia percaya serangan ke Suriah, bersama dengan pidato agresif Putin di PBB pada 28 September, menjadi sinyal jangka panjang mereka ingin menjadi pemain utama di wilayah ini.
“Ini menjadi jelas bahwa Rusia akan mengawali kebijakan yang lebih ambisius di Timur Tengah. Presiden Rusia menegaskan bahwa demokrasi model barat dan jalan dalam menangani konflik di wilayah tersebut tidak bekerja,” kata Yury Barmin, seorang ahli Rusia yang fokus pada politik Timur Tengah dan kebijakan luar negeri Rusia. Namun, Barmin mengatakan, “Diragukan bahwa Rusia memiliki kapasitas untuk muncul sebagai kekuatan terkemuka di [Timur Tengah] dalam waktu dekat karena kehadirannya di wilayah ini terbatas jika Anda membandingkannya dengan yang dari Amerika Serikat. ”
Namun beberapa melihat manuver Putin di Suriah karena beberapa tujuan geopolitik yang lebih luas yang bertujuan untuk mengamankan apa yang terjadi di Ukraina. Rusia saat ini menempati sebagian dari Ukraina, tetapi AS telah menganggap Rusia melakukan invansi ilegal dan t idak sah. “Sebenarnya ini lebih banyak tentang Amerika daripada tentang Assad dan Suriah,” kata Galeotti. “Mari kita jujur, jika Washington menunjukkan sikap diam menerima posisi Rusia di Crimea dan bagian dari Dobrunsk, mereka [Rusia] tidak akan berperang untuk Assad.” (bersambung)
