Rusia vs Amerika (I): Kelahiran Kembali Antagonis Perang Dingin

Rusia vs Amerika (I): Kelahiran Kembali Antagonis Perang Dingin

f22_tu95bearPagi hari pada 30 September 2015, seorang jenderal bintang tiga Rusia mendekati kedutaan Amerika di Baghdad. Berjalan melewati penjagaan marinir untuk bertemud engan pejabat diplomatik Amerika Serikat. Dengan singkat jenderal itu megnatakan: “Militer Rusia kana mulai melakukan serangan udara di Suriah. Dan dalam waktu satu jam militer Amerika harus membersihkan wilayah tersebut.”

Kejadian antara dua raksasa bersenjata nuklir yang tidak pernah terlihat dalam beberapa dekade terakhir. Dan semua ini telah menghidupkan tingkat kecurigaan, antagonisme dan ketegangan yang terjadi pada era Perang Dingin.

Dengan diluncurkannya serangan udara ke Suriah, Presiden Vladimir Putin seperti membuka perang proksi dengan AS. Dan menurur para ahli ini adalah pertaruhan besar bagi Moskow. “Ini benar-benar cukup sulit bagi mereka. Perang ini membuthkan logistik yang kompleks. Rusia tidak memiliki banyak di jalan dan kemampuan untuk proyeksi kekuatan jara jauh, “kata Mark Galeotti, seorang ahli keamanan Rusia di New York University.

Kampanye militer Moskow di Suriah mengandalkan jalur pasokan yang memerlukan koridor udara melalui kedua ruang udara Iran dan Irak. Satu-satunya alternatif adalah jalur pasokan angkatan laut berjalan dari Krimea yang membuthkan waktu perjalanan 10 hari pulang pergi. Berapa lama dapat dipertahankan juga tidak jelas.

Selain itu juga Rusia masih dibebani pertannyaan tentang kemampuan militer Rusia untuk bisa mengambil panggung dalam perang ini. Putin memang telah menunjukkan keinginan tanpa henti untuk menggunakan kekuatan militer dalam kebijakan luar negeri untuk memulihkan harga diri dan kekuatan mereka. Dalam upaya ini Rusia telah membangkitkan momok militer yang menakutkan bagi berbagai negara dari Ukraina hingga  Baltik, dari Suriah hingga seluruh Timur Tengah.

Postur Rusia yang semakin agresif memicu ahli strategi pertahanan Amerika Serikat untuk mempertimbangkan strategi baru menghadapi Rusia. Para petinggi Pentagon telah berusaha untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang diabaikan dalam 20 tahun terahir yakni

Seberapa mampu sebenarnya kekuatan militer Rusia?

Di mana tepatnya konflik dengan Rusia mungkin terjadi?

Apa yang akan terjadi jika perang dengan Rusia hari ini?

Para ahli sepakat bahwa kekuatan dunia dalam hal ini Amerika dalam perang konvensional masih akan unggul dibanding Rusia. Tetapi perang era moderen tidak akan selalu pada pertempuran konvenisonal. Faktor geografi, politik dan medan akan menjadi sangat penting.

Saat ini Amerika memiliki anggaran pertahanan 10 kali lipat dibandingkan Rusia. Amerika memiliki 10 kapal indu sementara Rusia hanya satu. Dan militer Amerika mempertahankan keunggulan teknologi secara luas dan kemampuan dalam proyeksi kekuatan ke seluruh dunia.

Dari banyak kriteria Rusia masih lemah. Tetapi saat ini telah mengalami perkembangan sejumlah teknologi kuncu, taktik pertempuran baru dan strategi geopolitik kurang ajar yang agresif merusak klaim Amerika selama 25 tahun sebagai negara adidaya tanpa tanding. Rusia, tiba-tiba muncul kembali sebagia pesaing militer Amerika.

Sejumlah pejabat Amerika mengkhawatirkan dengan apa yang mereka lihat. “Jelas ada kekhawatiran setidaknya secara lokal, Rusia memiliki potensi untuk menghasilkan kekuatan yang unggul,” kata David Ochmanek, mantan pejabat Pentagon yang kini menjadi analis pertahanan di RAND Corp. Rusia masih menjadi kekuatan nuklir yang mematikan  bahkan telah memodernisasi “triad” rudal nuklir balistik antarbenua, armada pesawat serangan jarak jauh dan kapal selam bersenjata nuklir yang semakin canggih.

“Industri pertahanan Rusia sedang dibangun dari reruntuhan,” kata Vadim Kozyulin, seorang ahli militer di PIR Center, think tank yang berbasis di Moskow. “Keseimbangan militer hanya bisa dipastikan dengan kekuatan nuklir Rusia, yang tidak butuh biaya banyak untuk mempertahankan.”

Next: Seperti Jeruk dan Apel