Kelaparan parah dilaporkan sekitar 400 ribu warga Madaya, sebuah kota yang dikuasai kelompok pemberontak dan kini dikepung oleh pasukan pemerintah Suriah. Dan tidak ada satupun yang mau mengaku bersalah.
Rezim Pemerintah Presiden Bashar Al-Assad melakukan pembelaan atas kondisi kelaparan parah di sejumlah kota di Suriah yang memicu kemarahan masyarakat internasional. Rezim Assad menuduh pemberontak Suriah yang menyebabkan kelaparan warga sipil selama konflik lima tahun terakhir.
Pembelaan rezim Assad itu disampaikan di depan Dewan Keamanan PBB. Menurut mereka, tidak ada yang peduli terhadap penderitaan orang-orang Suriah kecuali Pemerintah Assad.
Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan pada hari Jumat untuk membahas nasib sekitar 400 ribu warga di beberapa kota di Suriah yang menderita kelaparan. Pertemuan itu merupakan yang kedua setelah foto-foto kelaparan warga sipil di Kota Madaya dan sekitarnya beredar secara online.
Rezim Assad disalahkan atas pengepungan di Kota Madaya, sedangkan pasukan pemberontak juga disalahkan atas pengepungan beberapa kota di Idlib yang menyebabkan banyak warga sipil kelaparan.
Organisasi bantuan internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) telah mengkonfirmasi bahwa ada 35 kasus kematian akibat kelaparan di Madaya. ”Pemerintah Suriah adalah pemerintah yang paling memperhatikan rakyatnya,” klaim Wakil Utusan Suriah untuk PBB, Mounzer Mounzer di hadapan 15 anggota DK PBB.
”Tidak ada yang bisa mengklaim lebih peduli orang-orang kita daripada kami, tidak ada negara lain, terutama ketika datang untuk memberikan bantuan ke daerah-daerah di bawah kendali kelompok teroris bersenjata,” lanjut dia, seperti dikutip Reuters, Sabtu 16 Januari 2016.
Bantuan PBB telah mencapai Madaya untuk pertama kalinya pada Senin lalu. Menurut pejabat PBB, banyak warga Madaya kekurangan gizi dan nyaris tidak bergerak karena hanya terlihat seperti kerangka yang dibalut kulit.
”Tanggung jawab utama untuk penderitaan ini terletak pada kubu yang mempertahankan pengepungan,” kata Wakil Kepala Bantuan PBB Kyung-Wha Kang.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, menegaskan bahwa pembiaran kelaparan warga sipil sebagai “senjata perang” adalah bentuk kejahatan perang.
Next: Rusia Tolak Pertemuan
Rusia menolak menghadiri pertemuan Dewan Keamanan PBB terkait pengepungan kota di Suriah. Rusia menilai pertemuan itu sebagai hal yang tidak perlu dan mempolitisasi krisis kemanusiaan di Suriah. Pertemuan itu juga dinilai dapat mengancam pembicaraan damai yang akan datang.
“Waktu pembicaraan damai ini sudah semakin dekat, jadi hentikan semua kebisingan yang tidak perlu ini,” kata Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Sabtu.
Safronkov lantas mempertanyakan motif dari Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat (AS) menyerukan pertemuan tersebut. Ia menuduh ketiga negara itu telah menerapkan standar ganda dengan memfokuskan diri pada penderitaan di Madaya.
Safronkov mengatakan, desakan mengadakan pertemuan DK PBB memberikan kesan bahwa ada upaya-upaya yang sengaja dilakukan untuk melemahkan proses dialog antar Suriah yang dijadwalkan pada 25 Januari mendatang.
Sebelumnya, Prancis, Inggris, dan AS menyerukan dilakukan pertemuan untuk membahas krisis di Madaya. Mereka meminta kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menghentikan pengepungan agar bisa memberikan bantuan kemanusiaan kepada 400.000 orang.
Baca juga: