Departemen Pertahanan pada 30 Desember 2014 mengungkapkan bahwa telah memesan lebih dari 32 pesawat angkut militer C-130J Super Hercules dari Lockheed Martin yang merupakan gelombang pertama dari kontrak multiyear untuk 78 pesawat turboprop empat mesin yang nantinya akan bernilai total US$5,3 miliar.
Bagi militer jelas ini kabar bagus karena mereka bisa mengganti armada C-130 yang tua dan terus memiliki pesawat yang tangguh dalam melakukan berbagia misi dari pendaratan di daerah terpencil hingga operasi khusus, penyelamatan hingga pengisian bahan bakar.
Tapi pengumuman pada 30 Desember 2016 itu jug amemiliki makna sejarah tersendiri dalam dunia pesawat militer. Hal ini telah memberi sinyal kuat bahwa C-130 kemungkinan akan menjadi pesawat militer pertama dalam sejarah yang ada dalam layanan secara kontinu selama seratus tahun.
Tahun ini menandai ulang tahun ke-60 setelah pada tahun 1956 Hercules pertama disampaikan kepada Angkatan Udara AS, dan pada tahun 2007 C-130 bergabung dengan kelompok eksklusif pesawat militer yang melayani pengguna asli mereka selama lebih dari 50 tahun. Hanya ada empat pesawat Militer AS lainnya yang mencapai titik ini yakni bomber B-52, tanker KC-135, pelatih T-38, ketiganya milik Angkatan Udara dan pesawat patroli P-3 Orion milik Angkatan Laut.
Semua pesawat ini kemungkinan akan pensiun sebelum mereka mencapai 100 tahun pelayanan. Dan dalam semua kasus, empat pesawat ini telah berhenti produksi pada dekade lalu.
C-130, berbeda, produksi pesawat ini terus bergulir dari pabrik Lockheed Martin di Marietta, Georgia. Dengan satu pesawat keluar dari pabrik setiap dua minggu.
Pada tahun ini, pesawat angkut militer C-130 telah beroperasi secara terus menerus dengan Angkatan Udara AS selama 60 tahun. Dengan pelanggan domestik dan asing terus membeli versi terbaru dari pesawat ini. Dengan melihat kondisi ini sepertinya akan masuk akal jika generasi Hercules akan melampaui 100 tahun pelayanan yang berkesinambungan.