Presiden Korea Selatan Park Geun-hye mengatakan pemerintah akan meninjau rencana Amerika Serikat untuk menggelar sistem pertahanan rudal pencegat paling canggih di dunia di negara tersebut. Hal ini akan sangat tergantung pada perkembangan senjata nuklir Korea Selatan.
Pernyataan yang dilontarkan Rabu 14 Januari 2016 muncul hanya seminggu setelah Pyongyang mengklaim sukses melakukan uji temonuklir atau bom hidrogen. Hal ini yang memunculkan kembali rencana untuk penempatan sistem rudal terminal high-altitude area defense (THAAD) ke Korea yang rencananya telah muncul tenggelam di masa lalu.
“Ancaman nuklir dan rudal Korut menjadi pertimbangan, saya akan meninjau masalah penggelaran THAAD di sini didasarkan pada keamanan dan kepentingan nasional. Itu intinya,” kata Park dalam pidato yang disiarkan secara nasional dan dikutip Korea Times.
Bukan rahasia lagi bahwa sejak lama Amerika inggin menginstal THADD di Korea Selatan setelah rezim Kim Jong-un diyakini mampu modernisasi rudal balistik dan program nuklir. Pada tahun 2014, AS melakukan inspeksi situs untuk pencegat rudal.
Namun, pemerintahan Park kala itu masih belum setuju dengan rencana itu. Salah satunya karena penolakan keras dari China yang masih menjadi mitra dagang terbesar Seoul.
Pernyataan terkakhir Presiden Korea Selatan ini juga memicu pendapat sejumlah harian di China, Harian Huanqiu Shibao, yang menjadi bagian dari People Daily milik Partai Komunis China mengatakan dalam editorialnya mengatakan penyebaran senjata militer AS di Semenanjung Korea menyusul uji coba nuklir Korea Utara ditujukan untuk melawan tidak hanya Korea Utara tetapi juga China. Media ini menambahkan bahwa jika AS mengerahkan THAAD di ke Korea Selatan maka itu akan mengancam China.
Pusat Informasi Internet, sebuah portal web resmi pemerintah China, juga mengatakan bahwa pemerintah Korea Selatan sebelumnya telah menolak rencana AS untuk penyebaran THAAD karena tekanan China, tetapi situasi bisa berubah setelah uji coba nuklir.
Baca juga: