4. Pasukan Tanpa Kemampuan
Sama seperti Soviet mengalami kesulitan melatih kekuatan militer yang akan siap untuk berjuang dan mati, AS juga terperosok ke dalam masalah yang sama. Ternyata, pasukan Afghanistan dikenal tidak mau bekerja keras.
Dan masalah muncul ketika penarikan pasukan AS setelah 2011. Sementara Soviet masih berusaha untuk memasok tentara Afghanistan berbagai peralatan seperti helikopter serang, AS lebih suka untuk mengatur menjadi milisi besar, seperti yang terjadi di Irak setelah 2003. Namun, seperti tentara Irak yang gagal melawan ISIS, Humvee dan pasukan MRAP Afghanistan yang berada di garis depan perang melawan Taliban tetap tergantung pada serangan udara Amerika.
5. 2009 Azizazad Massacre
AC-130 yang melaksanakan pemboman maut di rumah sakit Kunduz, juga mengambil bagian dalam serangan udara di desa Azizazad, di mana seorang komandan Taliban dilaporkan bersembunyi di tempat tersebut. Karena tidak ada cara untuk menemukan titik mana komandan itu berada, AC-130 melakukan serangan udara yang menghancurkan 8 rumah dan menewaskan sekitar 92 warga sipil.
6. 2009 Granai Massacre
Dalam kasus lain dukungan udara yang buruk dari Amerika serikat menghantam desa Granai, yang merupakan lokasi pertempuran tembak antara pasukan AS dan Taliban.
Akibatnya, sebanyak 147 warga sipil tewas dalam serangan udara tersebut, kebanyakan dari mereka perempuan dan anak. Sementara itu, hampir tidak ada data tentang korban Taliban.
7. Masalah Moral
Tentara AS sendiri menghadapi degradasi dalam disiplin setelah konflik berlarut-larut, dengan berbagai praktik yang muncul, seperti tentara berpose dengan bagian tubuh pelaku bom tewas bunuh diri. Dalam insiden lain, empat marinir AS mengencingi mayat empat orang yang dikatakan pejuang Taliban tetapi mungkin telah pekerja lokal.
Sekelompok tentara yang dikenal sebagai “Kill Team” membunuh warga sipil Afghanistan untuk sekadar berpose dengan foto tubuh mereka dan menjadikan bagian tubuh seperti piala. Lebih terkenal, Sersan Robert Bales dari US Army Staf melakukan penembakan membabi buta yang menewaskan 16 warga sipil.
Dan semua ini bukan hanya “Heart of Darkness” dari tempat di mana orang-orang gila dan negara runtuh, tapi juga terkait kebijakan luar negeri yang sangat spesifik yang diambil oleh Amerika Serikat yang dipamerkan ke negara lain.