Amerika telah menghabiskan anggaran sekitar US$5,5 miliar atau sekitar Rp75,9 triliun (dengan kurs Rp13.800) untuk menggelar serangan udara ke ISIS sejak Agustus 2014. Dengan jumlah ini dalam sehari uang pembayar pajak rakyat Amerika yang dihabiskan untuk misi ini mencapai US$11,2 juta (sekitar Rp154,56 miliar) per hari, naik US$ 2 juta sejak Juni 2015.
Menurut data terbaru Departemen Pertahanan Angkatan Udara menghabiskan uang paling banyak yakni US$3,75 miliar atau hampir 70 persen dari total biaya, atau sekitar US$ 7,7 juta per hari sejak serangan.
Sebagaimana dilaporkan Air Force Time Rabu 13 Januari 2016, lebih dari 50 persen dari biaya digunakan untuk biaya operasi penerbangan harian. Menurut data Komando Pusat Angkatan Udara, pada tahun 2015, misalnya, Angkatan Udara melakukan 21.000 sorti di atas Irak dan Suriah. Dari jumlah itu 9.000 sortie setidaknya melepaskan satu senjata.
Peningkatan serangan udara terjadi dalam bulan terakhir. Pada bulan November dan Desember, untuk pertama kalinya selama Operasi Resolve Inherent Angkatan Udara menjatuhkan lebih dari 3.100 bom.
“Sampai akhir 2016, saya berharap serangan ke ISIS sudah bisa selesai,” kata Letnan Jenderal Charles Brown Jr, komandan Komando Pusat Angkatan Udara AS, baru-baru ini mengatakan kepada Air Force Times .
Seorang pejabat pertahanan mengatakan baru-baru ini, koalisi pimpinan AS pada hari Senin 11 Januari 2016 meledakkan sebuah gudang di Irak di mana ISIS menyimpan jutaan dolar dalam bentuk tunai.
Pada bulan November, juru bicara Resolve Inherent Angkatan Darat Kolonel Steve Warren mengatakan A-10s dan C-130 menghancurkan 116 truk tangki dalam Operasi Tidal Wave II untuk menekan pendapatan minyak ISIS.
AS dan sekutunya meningkatkan serangan menyusul serangan di Paris pada 13 November yang menewaskan 129 orang di mana ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2016/01/02/5-perang-paling-mahal-dalam-sejarah-amerika/