Mengapa AS Harus Khawatir dengan Pangkalan China di Afrika?

Mengapa AS Harus Khawatir dengan Pangkalan China di Afrika?

Rencana China untuk membangun sebuah pangkalan militer di Djibouti bisa menjadi langkah pertama menuju keterlibatan yang lebih dalam Beijing di Afrika. Strategi yang harus harus membuat Amerika khawatir, tulis wartawan James Poulos.

“Selama beberapa tahun terakhir hubungan kerjasama kedua negara telah terus berkembang, dan di semua tempat ada kerjasama praktis,” tulis James mengutip pernyataan juru bicara Kementerian Pertahanan China Yang Yujun Juni 2015 lalu.

Amerika Serikat, yang juga memiliki instalasi militer di Djibouti, menimbulkan kekhawatiran ada pengaruh dari perluasan lingkup China.

“Karena banyak tantangan dan prioritas yang dihadapi kedua kekuatan yang berbeda, intervensi Afrika adalah akan menjadi pesta untuk China dan menciptakan kelaparan bagi AS,” tulis Poulos di Majalah The Week Washington yang dikutip Sputnik Rabu 13 Januari 2016.

Djibouti merupakan lokasi geostrategis sepanjang Laut Merah, serta pemerintah yang stabil, membuat tempat yang ideal untuk AS dan China. Tapi sementara Washington telah menggunakan pangkalan militernya di Afrika untuk meluncurkan operasi drone. Sedangkan Beijing juga sudah menginstal sejumlah investasi di benua itu.

“Di Afrika, China telah menemukan bukan hanya pasar untuk uang tetapi untuk pekerjaan dan tanah – komponen penting dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Poulos.

Selama forum kerjasama China-Afrika bulan lalu, Beijing berjanji untuk menginvestasikan tidak kurang dari US$ 60 miliar ke Afrika. Tawaran ini lebih menarik dibandingkan pinjaman tanpa bunga yang disediakan oleh Barat. Kebijakan yang menghalangi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketergantungan Afrika pada negara-negara kaya. Sebagian besar investasi China akan datang dalam bentuk pinjaman dan kredit ekspor.

“China beroperasi di Afrika dengan kepercayaan diri yang lebih besar dengan membawa hubungan  yang saling menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan dan [pemerintah] federal Amerika,” catat Dewan Hubungan Luar Negeri dalam postingnya. “Upaya diplomatik AS yang paling terlihat di Afrika, Power Afrika, adalah sputtering. Bisnis Amerika belum cukup kuat.”