Seperti kebanyakan proyek militer, C-17 dan F117 harus melawan beberapa penantang untuk bertahan hidup. Pada tahun 1993, Rolls-Royce mencoba melawan F117 dengan mengajukan sebuah kompetisi mesin, menawarkan 757 alternatif mesin komersial RB211-535E4.
Pada tahun 1995, tidak puas dengan kinerja McDonnel Douglas pada kontrak C-17, Pentagon memangkas produksi 40 pesawat dan memperoleh armada campuran airlifters komersial untuk memenuhi kebutuhannya. Jumlah total pesanan kemudian menyusut dari 210 C-17 hanya menjadi untuk 120. Tetapi pada September 2013 angkatan udara menerima pesawat ke-223 yang berarti kembali sesuai dengan pesanan asli mereka.

Berasal dari short-takeoff YC-15, yang diusulkan bersama Boeing YC-14 untuk menggantikan Lockheed C-130, C-17 dipilih untuk Program CX angkatan udara generasi berikutnya pada tahun 1981.
Hari ini, C-17 dioperasikan oleh Inggris, Australia, Kanada, India, Qatar, UEA, Kuwait dan tiga pesawat digunakan bersama oleh 12 negara Eropa.
Sekarang, dengan F100 (mesin untuk Boeing F-15 dan Lockheed F-16) produksi juga mulai turun dan menyisakan garis produksi yang masih panjang pada F135 (untuk Lockheed F-35.
F119 yang dihentikan setelah Lockheed F-22 Raptor produksi berhenti pada tahun 2012. mesin turbin HPW3000 tengah bersaing melawan General Electric GE3000 untuk menggantikan T700 yang digunakan di Boeing AH-64 Apache dan Sikorsky UH-60 Black Hawk. Perusahaan ini juga tengah mengincar untuk menjadi pemasok mesin pembom berkemampuan nuklir baru Northrop yang kemungkinan akan menawarkan mesin turunan PW9000. Tetapi rincian dari mesin ini masih dirahasiakan.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/12/02/10-mesin-jet-tempur-paling-kuat/