Rusia Menemukan Persimpangan Jalan di Suriah

Rusia Menemukan Persimpangan Jalan di Suriah

Tidak Mungkin Bertahan Selamanya

Pada akhirnya gerakan  Rusia di Suriah – dan kemampuannya untuk membuat penyelesaian – mungkin tidak bertahan selamanya, terutama jika kebuntuan berlanjut. Hal ini sebagian karena pengaruh Moskow di Damaskus sangat bergantung pada apa yang diharapkan para pemimpin Suriah dari Rusia di masa depan.

Di sisi lain Rusia menghabiskan sekitar US$2,4 juta hingga $4 juta (sekitar Rp33,1 miliar hingga Rp55,2 miliar per hari dengan kurs Rp13.800). Jika dihitung satu bulan maka akan menghabiskan sekitar US$720 juta sampai $1,2 miliar per bulan (Rp9,94 triliun hingga Rp16,6 triliun) untuk operasinya di Suriah. Sejauh ini, ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa operasi secara finansial atau politik tidak akan berkelanjutan – tapi politik bisa berubah dengan cepat.

Selain itu, intervensi militer Moskow tampaknya telah memicu serangan teroris balasan pada pesawat penumpang Metrojet berangkat dari Mesir yangmenewaskan 224 orang di dalamnya. Korban  kebanyakan wisatawan Rusia.  Meskipun publik tidak menjadikan ini alasan untuk mundur dari Suriah. Data survei menunjukkan 82% orang Rusia pasti atau menduga Metrojet jatuh karena serangan teroris, tetapi hanya 3% yang mengatakan bahwa Moskow harus menghentikan operasi militernya di Suriah akibat pemboman Metrojet dan serangan teroris di Paris. Namun, tidak jelas bagaimana sikap masyarakat Rusia jika muncul terorisme di dalam negeri.

Terkait jatuhnya Su-24 Rusia di Suriah, lepas siapa yang salah faktanya Moskow telah kehilangan tidak hanya jet, pilot dan seorang prajurit mencoba untuk menyelamatkan awak pesawat. Hal lain hal inisden ini juga telah merusak hubungan antara Rusia dan Turki. Padahal dalam beberapa tahun terakhir telah dikembangkan berbagai upaya untuk membangun hubungan baik antara Moskow dan Ankara. Lebih buruk bagi Rusia, dengan sikap Rusia yang mengasingkan Turki menjadikan negara ini semakin rapat dengan NATO dan Arab Saudi. Hal ini mempersulit kebijakan Rusia di Ukraina serta Timur Tengah.

Russia Beyond The Headlines, yang dibiayai Rossiiskaya Gazeta, baru-baru ini memunculkan sebuah artikel yang berbunyi “Ankara dan Riyadh bersatu tidak hanya karena memiliki keinginan yan gsama untuk mengubah pemerintah di Suriah; mereka juga bisa memiliki musuh bersama yakni Rusia. ”

Sementara Izvestia, sebuah surat kabar swasta pendukung Kremlin, juga melaporkan dengan besar pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelum perjalanan ke Riyadh beberapa waktu lalu yang menyebut posisi Turki dan Arab ” identik. ”

Next: Putin Coba Meredam