Kabar terbaru dalam koalisi operasi pesawat juga mengalami perubahan reaksioner. Sekali lagi, hal ini terjadi setelah Rusia menempatkan sistem pertahanan udara S-400 yang tangguh yang di pangkalan udara mereka di selatan dari Latakia, dekat pantai Suriah tengah.
Kita juga tahu bahwa pesawat Royal Air Force harus terbang dari Siprus, melalui Mediterania timur, dan kemudian melalui Turki sebelum memasuki Suriah. Rute ini nyaman untuk menghindari jantung kekuatan udara dan udara pertahanan Rusia, serta pertahanan udara yang dibawa kapal jelajah Rusia yang ada di lepas pantai Suriah.

Re-positioning kapal induk Prancis Charles de Gaulle juga menunjukkan bagaimana mereka memilih menghindari sistem pertahanan Rusia. Menempatkan kapal induk di Mediterania Timur adalah pilihan yang paling logis karena setidaknya secara teoritis, jet tempur mereka bisa langsung terbang di atas pantai Suriah untuk menyerang sasaran ISIS.
Selain itu, ini akan tetap pembawa dekat dengan aset lain milik NATO yang juga berlayar di Mediterania. Tetapi anehnya mereka memilih memindahkan kapal induk di Teluk Persia. Mereka harus melintasi Kuwait dan Irak hanya untuk mencapai Suriah.
Sebagai perbandingan jarak dari pantai barat Suriah sampai Al Raqqah adalah sekitar 160 mil, sedangkan jarak dari pantai Kuwait Al Raqqah adalah 700 mil! Sekali lagi, sepertinya pesawat koalisi akan melakukan apa pun yang mungkin untuk menghindari Suriah Barat yang menjadi area kekuasaan S-400.
Dengan melihat situasi ini maka Rusia telah memegang peranan dalam perang udara di atas Suriah. Ini bukan perkembangan yang baik bagi AS dan sekutunya, terutama setelah hampir 1,5 tahun mereka beroperasi di Suriah. Rusia memang menimbulkan ancaman bagi pesawat berawak tersebut.
Apakah ini menunjukkan memang Amerika dan koalisi tidak bisa mengatasi S-400 atau memang karena tidak suka dengan Rusia, sesuatu yang belum jelas.
Baca Juga: