Ketegangan antara Sunni dan Syiah yang berbaur dengan tumpang tindih kepentingan ekonomi dan politik sudah sangat merusak dan menyebabkan perang Iran-Irak, yang berlangsung antara tahun 1980 dan 1988. Awal kebuntuan Iran-Irak pada tahun 1980 juga terjadi kaerna eksekusi seorang ulama Syiah, Muhammad Baqir al-Sadr oleh pemerintah Saddam Hussein di tengah meningkatnya kerusuhan di tengah mayoritas penduduk Syiah di Irak.
Berbeda dengan kerusuhan Syiah yang dilihat Arab Saudi sebagai bagian dari apa yang dikenal sebagai Arab Spring, kerusuhan Syiah di Irak sebagian dipengaruhi oleh Revolusi Islam Iran, yang berusaha untuk menggulingkan monarki dan republik sekuler di Timur Tengah.
Pemimpin politik Syiah berpengaruh Nouri al-Maliki menyebut eksekusi al-Sadr akan berakhir dengan penggulingan rezim Saudi.
“Kita mengutuk aksi teroris yang menjijikkan dan praktik sektarian yang menjijikkan ini, kami menegaskan kembali bahwa kejahatan mengeksekusi Sheikh al-Nimr akan menggulingkan rezim Saudi, seperti kejahatan mengeksekusi al-Sadr yang menggulingkan rezim Saddam,” ata al- Maliki Sabtu 2 Januari 2015.
Di luar pembunuhan al-Nimr, hubungan Arab-Iran berada pada situasi terburuk sejak 1987, ketika Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran menyusul banyaknya jamaah haji Iran meninggal Mekkah. Iran menyebutnya sebagai pembantaian yang menyebabkan penyerbuan kedutaan Saudi di Iran dan mengakibatkan kematian seorang diplomat Saudi. Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran selama empat tahun. (bersambung)
Baca juga: