Keahlian teknis dan kecerdikan rekayasa telah berubah militer Rusia menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. Bahkan dengan sistem elektronik canggih Rusia disebut telah menggeser keseimbangan kekuatan global
Sebagaimana dilaporkan media Austria, Contra Magazin kemampuan angkatan bersenjata Rusia untuk melakukan beberapa operasi militer dan melaksanakan serangan udara presisi telah membingungkan kekuatan Barat. Hardware modern dan keterampilan teknis memungkinkan Rusia untuk melakukan serangan jarak jauh dengan berbagai cara. Baik menggunakan pesawat Su-24 yang sebenarnya sudah tua karena mulai masuk layanan pada 1974 atau tembakan salvo rudal jelajah dari jarak ribuan mil.
Bersamaan dengan itu Rusia terus mengembangkan senjata baru dan tangguh, seperti pesawat tempur siluman generasi kelima PAK FA (T-50). Ilmuwan Rusia juga telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan perangkat keras militer yang seharusnya sudah usang tetapi masih mampu mampu melakukan misi setara dengan senjata yang paling moderen.
Contra Magazine mencontohkan pesawat militer Rusia yang dilengkapi dengan sistem SVP-24 yang dapat menyebarkan bom terarah dengan presisi yang sama dengan amunisi dipandu. SVP-24 menggunakan sistem navigasi GLONASS (meskipun juga dapat menerima data tambahan dari pesawat pengintai dan stasiun peringatan dini) untuk terus sejajar dengan pesawat lain dan sasaran yang dituju.
Sistem kemudian memberikan sebuah kemampuan untuk mengarahkan senjata yang dirilis dengan akurasi 3-5m. SVP-24 juga mengukur semua parameter lingkungan yang relevan, dan dapat digunakan selama pengeboman ketinggian tinggi hingga menempatkan pesawat dari jangkauan rudal antipesawat portabel atau MANPADS .
“Sejak Putin menjadi presiden untuk kedua kalinya, Rusia telah secara aktif berinvestasi dalam mengembangkan angkatan bersenjatanya, membuat mereka sangat canggih, mobile dan efektif dan banyak,” kata Jenderal NATO Hans-Lothar Domrose sebagaimana dikutip majalah itu Minggu 4 Januari 2016.
Jenderal itu mengatakan untuk mengembalikan keseimbangan kekuasaan, Rusia dan NATO harus terlibat dalam perundingan perlucutan senjata.
Baca Juga: