Pengalaman buruk
Bahkan jika negara-negara kaya yang ada di koalisi ini setuju untuk masuk ke tanah Yaman mak prospek untuk operasi darat tidak jelas. Kekuatan militer negara-negara Teluk, yang menghabiskan miliaran dolar AS pada persenjataan, juga tidak jelas. Sebuah jet tempur F-16 Bahrain jatuh di Arab Saudi dekat perbatasan Yaman pada Rabu 30 Desember 2015 meski karena masalah teknis bukan karena pertempuran.
Masalah lainnya adalah hilangnya banyak peralatan Arab Saudi buatan Amerika yang mahal. Sementara ISIS memiliki rudal balistik dan telah melatih operator untuk tank dan artileri. Banyak kerugian yang telah diderita Saudi ketika melawan Houthi di Yaman dan ini akan jauh lebih berat ketika berhadapan dengan ISIS.
Menurut Lost Armour, situs berbahasa Rusia yang mengutip relawan online di Yaman dan Ukraina menyebutkan Arab Saudi telah secara konsisten kehilangan dalam jumlah besar tank dan kendaraan lapis baja.
Meskipun sebagian besar peralatan yang hilang oleh Saudi adalah dari generasi sebelumnya, termasuk tank M60 Patton dan kendaraan lapis baja pengangkut personel M113, beberapa tank Abrams juga telah dihancurkan oleh Houthi. Terakhir pada bulan Agustus, ketika Saudi kehilangan dua tank Abrams pada hari yang sama. Tank itu benar-benar hancur.Pada bulan September, Houthi juga menyita tank Abrams lain.
Menurut katalog yang disusun Hilang Armour, pasukan Saudi dan Emirat telah kehilangan setidaknya 136 unit peralatan militer sejak koalisi yang dipimpin Arab mulai beroperasi Maret 2015.
Dengan kegagalan tersebut dalam wajar jika memang ada keraguan apakah koalisi baru yang dibentuk Arab Saudi akan benar-benar turun ke Suriah untuk melawan ISIS. Atau jika benar-benar turun apakah mereka akan mampu? Hanya waktu yang akan membuktikan. Karena perang kerap tidak bisa diprediksi dengan angka-angka.
Baca Juga: