Amerika Serikat menuduh Iran menguji roket di dekat salah satu kapal induk mereka di Teluk Persia saat melewati Selat Hormuz. Komando Sentral AS (CENTCOM) mengecam tindakan Iran sebagai hal yang “sangat provokatif.”
Tapi pertahanyaannya apakah Iran sebenarnya bisa menenggelamkan flattops raksasa Angkatan Laut AS itu?
Menurut CENTCOM, kapal angkatan laut Garda Revolusi Iran (IRGC) melakukan latihan penembakan rudal dalam jarak kurang 1,5 km dari kapal induk kelas Nimitz USS Harry S. Truman (CVN-75), perusak kelas Arleigh Burke USS Bulkeley (DDG -84) perusak dan fregat Prancis FS Provence. Uji tembak dilakukan pada Sabtu 27 Desember 2015.
“Memecat senjata begitu dekat dengan kapal koalisi yang lewat dan dalam sebuah jalur lalu lintas komersial yang diakui secara internasional tidak aman, tidak profesional dan tidak sesuai dengan hukum maritim internasional,” kata juru bicara CENTCOM Komandan Kyle Raines dalam sebuah pernyataan. Namun dia mengakui Iran jelas tidak menembak ke arah kapal-kapal AS.
Selat Hormuz adalah salah satu chokepoint untuk masuk ke Teluk Persia. Saluran ini hanya memiliki lebar sekitar 21 mil lebar pada bagian tersempit sementara jalur pengiriman adalah sekitar dua mil lebar. Ada juga zona penyangga dua mil di kedua sisi jalur laut. Selat sempit ini menjadi tempat ideal untuk Teheran untuk memblokir akses ke Teluk Persia atau untuk menyergap pasukan angkatan laut selama tahun 1980.
Menurut CENTCOM, segelintir kapal IRGC menembakkan roket terarah yang tidak terlalu mengancam kapal seukuran USS Harry S. Truman. Namun, tembakan yang tepat bisa merusak kapal besar dan yang dibawa. Pada jarak dekat seperti itu, bahkan senjata terarah memiliki kesempatan yang layak memukul target. Tetapi sangat tidak mungkin bahwa kapal Iran bisa benar-benar menenggelamkan Harry S. Truman dan kapal-kapal pendampingnya.
Pasukan Iran akan harus menggunakan serang kapal kecil secara massal agar memiliki kesempatan melakukan kerusakan pada kapal Angkatan Laut AS yang telah ditunjukkan dalam simulasi Millennium Challenge 2002. IRGC telah berlatih beberapa kali bahkan menggunakan mock-up USS Nimitz di Selat Hormuz beberapa waktu lalu.
Dalam latihan tersebut Iran menggunakan segerombolan speedboat yang dipersenjatai dengan rudal jelajah dan roket, torpedo menengah dan senjata kaliber besar, ranjau laut, senapan mesin berat dan rudal bahu.
Sebagaimana ditulis Dave Majumdar, editor pertahanan National Interest Senin 1 Januari 2016, Littoral Combat Ship Angkatan Laut AS salah satunya dikembangkan untuk melawan ancaman pengepungan kapal kecil Iran, tapi saat ini kapal tersebut belum dilengkapi dengan sistem rudal yang tepat.
Konsep gerombolan perahu mungkin bekerja dalam latihan dan simulasi, tetapi hal itu belum pernah dilakukan dalam perang nyata. Senjata Iran yang paling efektif dan terbukti untuk memotong Selat Hormuz sebenarnya adalah ranjau laut. Ranjau laut telah menenggelamkan dan merusak sebagian dari 19 kapal US Navy sejak Perang Dunia II. Dari 19 kapal ini, 15 adalah korban ranjau laut. Bahkan sebuah ranjau era Perang Dunia I milik Iran hampir menenggelamkan kapal USS Samuel B. Roberts (FFG 58) pada 14April 1988.
Dalam Perang Teluk 1991, ranjau laut Irak terbukti menjadi masalah menjengkelkan untuk US Navy. Pada bulan Februari 1991, Angkatan Laut AS kehilangan komando utara Teluk Arab setelah lebih dari 1.300 ranjau ditaburkan oleh pasukan Irak.
Ranjau laut Irak yang juga sudah kuno berhasil melumpuhkan kapal penjelajah multi-miliar dolar Aegis USS Princeton (CG 59) dan amfibi kelsa Iwo Jima USS Tripoli (LPH-10) pada hari yang sama selama konflik itu. Padahal harga ranjau tidak lebih dari US$ 25.000 setiap bijinya. Bahaya nyata Iran bukan dari rudal anti kapal atau roket tetapi justru dari bawah yakni ranjau laut.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/11/27/5-kapal-induk-paling-mematikan-sepanjang-sejarah/