
China menyerukan kepada Filipina untuk menarik personel militer mereka yang ditempatkan di pulau yang di sengketakan di Laut China Selatan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang, Senin 28 Desember 2015 mengatakan hal tersebut mengomentari 50 pengunjuk rasa Filipina yang mendarat di Pulau Titu yang dikendalikan Filipina yang merupakan bagian dari kepulauan Spratly. Para aktivis itu datang sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Beijing di wilayah tersebut.
“Kami meminta Filipina untuk menarik personil dan menghentikan pembangunan pulau-pulau yang secara ilegal diduduki Filiphina dan untuk menahan diri dari tindakan yang merugikan perdamaian dan stabilitas regional,” kata juru bicara itu sebagaimana dikutip Sputnik.
Pada bulan Januari 2013 Filipina meminta Pengadilan Arbitrase PBB untuk memperjelas hak maritim China atas Laut China Selatan. Namun, China menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah menerima upaya sepihak untuk menggunakan pihak ketiga dalam menyelesaikan perselisihan.
China sebelumnya menegaskan penentangannya terhadap arbitrase dan menawarkan untuk membuka negosiasi bilateral guna menyelesaikan sengketa maritim yang ditolak Filipina.
Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan dan menolak klaim ke bagian itu dari Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei. Pada akhir 2013 China mulai membangun sejumlah pulau buatan di kepulauan Spratly di Laut China Selatan.