Rusia mengerahkan jet tempur canggih mereka Su-30SM ke Suriah. Meski kedatangan mereka dalam upaya mendukung rezim Bashar al-Assad dari kepungan ISIS, potensi terjadinya gesekan dengan kekuatan koalisi yang dipimpin Amerika sangat tinggi.
Untuk Rusia, memilih Su-30SM untuk operasi Suriah adalah pilihan yang logis. Pesawat ini dapat membawa muatan besar dan kuat dan memiliki jangkauan yang sangat baik. Selain itu, ia menawarkan fleksibilitas untuk misi serangan udara ke darat hingga tidak tidak membutuhkan pengawalan tempur pesawat lain.
Pesawat juga memiliki dua awak yang membantu untuk misi yang kompleks. Itu sebabnya Angkatan Udara AS F-15E Strike Eagle dan F / A-18F Super Hornet Angkatan Laut AS, yang dalam banyak hal analog langsung Su-30SM ini, memiliki dua penerbang onboard.
Tetapi dibandingkan dengan kekuatan Amerika dan koalisi, jumlah terbatas jet tempur Su-30SM tentunya tidak sebanding. Amerika dan sekutu jauh memiliki kekuatan lebih di Timur Tengah yang telah dikerahkan dalam misi satu tahun terakhir. Ratusan jet tempur telah ditempatkan di berbagai pangkalan di sejumlah negara di kawasan tersebut.
Salah satu pesawat yang pernah-dan mungkin juga masih-dikerahkan Amerika adalah F-22 Raptor. Muncul pertanyaan jika misalnya keduanya bertemu dalam posisi pertarungan di langit, apa yang akan terjadi?
Meski Su-30SM adalah jet tempur generasi keempat tetapi ini adalah pesawat yang sangat mampu sangat mampu. Pengembangan dari Su-30MKI ini memiliki kemampuan manuver yang tidak diragukan lagi.
