
Sementara itu, F-22 Raptor akan semakin mengambil bagian dalam misi di Timur Tengah untuk melawan ISIS. Pada 2015. Meskipun Angkatan Udara mengakui ada masalah karena pesawat generasi kelima belum mampu berbagi data dan informasi dengan pesawat yang lebih tua, mereka tengah mencari cara untuk meningkatkan komunikasi antara F-22 dan jet tempur lain seperti F-16 dan F-15. Tetapi beberapa petinggi Angkatan Udara ragu apakah hal ini bisa dilakukan mengingat adanya pemotongan anggaran.
Adapun pesawat yang lebih besar, Angkatan Udara sedang menunggu keputusan terkait protes pemberian kontrak Long Range Strike Bomber (LRS-B) yang diberikan kepada Norhtrop Grumman pada 27 Oktober 2015. Boeing dan Lockheed memprotes keputusan itu sehingga sedikit banyak akan mengganggu jalannya program pembangunan bomber masa depan tersebut. Kantor Akuntabilitas Pemerintah, Kongres memiliki 100 hari untuk mengeluarkan keputusan yang berarti keputusan mungkin akan keluar pada akhir Januari.

Jika protes ditolah berarti Northrop bisa langsung bekerja. Tetapi jika protes diterima maka Angkatan Udara kembali ke papan gambar untuk kompetisi kontrak bomber baru.
Angkatan Udara juga sedang menunggu tanker Boeing KC-46 Pegasus. Pada 2016 USAF berharap bisa menerima tanker pertama pada kuartal pertama 2016, dan akan memasukkan tanker ini ke layanan pada 2017.