Shaima Qassim, Miss Irak pertama sejak 1972 diancam militan ISIS akan diculik jika dia menolak bergabung dengan kelompok radikal itu. Menurut penyelenggara kontes, Ratu Kecantikan Irak itu menyesali ancaman via telepon, namun dia akan terus melangkah maju.
Kontes itu penuh dengan kontroversi, setelah lebih dari 150 perempuan ditetapkan untuk berpartisipasi. NBC News melaporkan bahwa setelah ada paksaan dari kelompok garis keras, 15 kontestan keluar dari kompetisi.
Kepada NBC News bahwa Ratu Kecantikan dari Kirkuk, Irak, mengatakan bahwa dia harus meyakinkan orangtuanya agar dibolehkan ikut kontes. Awalnya, dia dilarang mengingkuti kontes itu. ”Di masa lalu saya mendengar bahwa kontes tersebut akan diadakan di Baghdad. Saya bermimpi menjadi bagian dari salah satu dari kontes ini,” katanya.
Dia percaya bahwa rakyat Irak sangat membutuhkan kegiatan budaya seperti itu, setelah bertahun-tahun dilanda perang dan pertumpahan darah.
Sebelum menerima ancaman via telepon, kerabat Shaima Qassim telah menjadi korban kekerasan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Daesh. Dua sepupunya, yang merupakan bagian dari anggota polisi Irak, tewas dibunuh militan ISIS.
Dia kemudian mengatakan bahwa kemenangannya dalam kontes itu atas nama hak-hak perempuan. ”Saya ingin membuktikan bahwa wanita Irak memiliki eksistensi sendiri dalam masyarakat, dia memiliki hak-haknya seperti laki-laki,” kata mahasiswi ekonomi berusia 20 tahun itu, seperti dikutip IB Times, Jumat 25 Desember 2015.
”Saya tak takut apa-apa, karena saya yakin bahwa apa yang saya lakukan tidak salah,” katanya lagi. Setelah meraih gelar Ratu Kecantikan Irak, Shaima Qassim akan mewakili negaranya dalam kontes Miss Universe yang diselenggarakan di Thailand bulan Maret 2016