Kontraktor pertahanan Amerika General Atomics akan mulai menguji senjata laser kelas 150 kilowatt Januari 2016 dan mereka berharap bis melihat Komando Operasi Khusus Angkatan Udara (AFSOC) menginstal senjata ini pada pesawat tempur dalam waktu dekat.
“Beberapa perusahaan lain yang mengembangkan senjata laser dan “kita sedang melihat mereka semua,” kata Letnan Jenderal Bradley Heithold, Komandan AFSOC dalam sebuah wawancara dengan Breaking Defense. “Teknologi ini siap untuk aplikasi pada AC-130.”
General Atomics, yang mengembangkan drone MQ-1 Predator juga membayangkan akan melengkapi drone Predator C Avenger dengan laser High Energy Liquid Laser Area Defense System (HELLADS).
Tes penembakan akan dilakukan di White Sands Missile Range, New Mexico, di mana laser akan ditembakkan berbagai target udara selama 18 bulan ke depan.
Senjata ini sangat mematikan karena sangat sulit terdeteksi, tak terlihat, tapi sangat panas. “Alasan saya ingin pada AC-130 adalah, saat ini ketika AC-130 mulai menembak senjata kinetik, semua orang tahu kau ada di sana,” kata Heithold. “Apa yang saya inginkan di pesawat adalah sesuatu yang dapat diam-diam menonaktifkan sesuatu.”
Michael Perry, Wakil Presiden General Atomics yang bertanggung jawab atas program laser, mengatakan penyediaan daya listrik laser di pesawat membutuhkan sistem yang memunculkan banyak tantangan. Tetapi mereka meyakini rintangan ini relatif kecil dibandingkan dengan prestasi menghasilkan laser yang dapat membakar lubang di baja dari jarak beberapa mil.