Apa yang Terjadi  Ketika F-22, Typhoon dan Rafale Berlatih Bersama?
A British Royal Air Force Typhoon, U.S. Air Force F-22 Raptor and French air force Rafale fly in formation as part of a Trilateral Exercise held at Langley Air Force Base, Va., Dec. 7, 2015. The 5th generation aircraft involved in the exercise are the most technologically advanced assets in the world today. (U.S. Air Force photo by Senior Airman Kayla Newman)

Apa yang Terjadi  Ketika F-22, Typhoon dan Rafale Berlatih Bersama?

raptor typhoon rafale 2

 

Gemuruh dimulai Selasa 15 Desember 2015 pagi, ketika satu demi satu jet-jet tempur paling canggih di dunia melesat dari dari landasan pacu di dekat Samudra Atlantik. Misi mereka untuk perang melawan musuh potensial seperti Rusia.

Latihan Trilateral Exercise yang pertama digelar antara Amerika Serikat, Prancis dan Inggris dimulai pada 2 Desember di atas pesisir Virginia. Angkatan Udara Amerika mengerahkan F-22 Raptor, British Royal Air Force mengirim Typhon sementara Angkatan Udara Prancis juga mengerahkan pesawat paling mampu mereka Dassault Rafale. Tiga pesawat paling canggih tersebut terbang puluhan misi setiap hari sejak latihan dimulai.

Sementara F-15E Strike Eagle dan T-38 Talon terbang untuk menjadi bagian dari “Red Air,” atau musuh bagi mereka. Pesawat tanker dan pesawat peringatan dini dan komando E-3 Sentry juga terbang memberi dukungan.

Ini menandai pertama kalinya Raptor, Typhoon dan Dassault Rafale  berlatih bersama-sama dalam suatu lingkungan dengan dukungan besar pesawat lain dan personel banyak. Secara kebetulan ketiga pesawat ini juga telah terbang dalam sorti tempur di Timur Tengah tahun ini untuk melawan ISIS.

Latihan, yang selesai Jumat 18 Desember 2015 difokuskan untuk memastikan ketiga jenis pesawat ini bisa beroperasi bersama-sama dengan baik, bahkan ketika menghadapi pesawat musuh musuh, sistem rudal pertahanan anti-pesawat yang dipasang di darat dan peperangan elektronik yang dapat menindas peralatan komunikasi mereka.

“Pesawat berusaha untuk menghindari deconfliction dengan membangun proses komunikasi di medan yang sama seperti yang terjadi di Timur Tengah saat ini,” kata Jenderal Mark Welsh, dari US Air Force sebagaimana dikutip Washington Post Kamis 17 Desember 2015. “Angkatan udara kami melakukan banyak hal untuk mencoba untuk tetap dalam komunikasi sehingga ada sedikit kesempatan untuk miskomunikasi, kesalahan, atau kebingungan yang mengarah ke kesalahan atau keputusan yang buruk. Dan, itu terjadi setiap hari di Timur Tengah hanya seperti itu yang dilakukan dalam latihan ini. ”

Tetapi latihan yang digelar ini mau tidak mau terhubung dengan apa yang terjadi saat ini di Irak dan Suriah. Atau setidaknya potensi yang akan terjadi di masa depan.

Suriah dan Rusia keduanya memiliki beberapa senjata anti-pesawat di Suriah saat ini  yang memungkinkan akan menjadi ancaman bagi pesawat tempur Amerika dan koalisinya.

“Selama lebih dari 10 tahun atau lebih sekarang, kita selalu berkonsentrasi pada operasi kontra di lingkungan udara yang relatif jinak untuk pesawat dan kru kami,” kata Kepala Air British Sir Andrew Pulford. “Ini adalah kesempatan yang fantastis untuk kembali ke yang lebih tinggi untuk berkonsentrasi pada lingkungan yang mengancam yang memang akan memberi ancaman bagi pasukan udara kami.”

Jenderal Herbert “Hawk” Carlisle, komandan Air Combat Command Angkatan Udara AS di Langley, mengatakan bahwa latihan minggu ini telah memungkinkan angkatan udara untuk saling memahami bagaimana jet tempur paling canggih milik mitra mereka bekerja. Terbang dengan kecepatan ratusan mil per jam dalam pertempuran, pilot harus berbagi informasi tentang manuver mereka dan informasi apa yang mereka kumpulkan melalui sensor canggih termasuk ketika , mereka bergeser dari misi udara ke udara menjadi misi serangan udara ke darat.

Next: Masalah Pada Raptor