Latihan Trident Juncture 2015 NATO yang digambarkan sebagai latihan yang paling ambisius dalam lebih dari satu dekade terakhir dimaksudkan untuk memberi pesan kepada Rusia agar tidak macam-macam. Tetapi latihan itu justru menunjukkan kelemahan dan sebuah kegagalan aliansi
“Dimaksudkan untuk mengirim ke Presiden Putin pesan kuat, sebaliknya, ternyata sebuah kegagalan. Hampir tidak dilaporkan oleh media AS, tapi bisa dilihat di Eropa dan Rusia,” kata Peter Vincent Spy, seorang ahli dari National and Homeland Security.
“Jika Amerika Serikat masuk ke perang di bawah kepemimpinan Tim Obama, kita akan kalah,” tulis Pry dalam artikelnya untuk The Washington Times dan dikutip Sputnik Kamis 16 Desember 2015.
Dia kemudian menguraikan mengapa kebijakan militer Presiden Obama rendah hal tersebut. “Tentara AS berjumlah 1.000 selama Perang Dingin mungkin hanya untuk ‘tripwire nuklir’,” tulisnya. Kemudian dia merujuk hanya 1.000 pasukan yang dikerahkan untuk negara-negara Baltik Lithuania, Latvia dan Estonia selama manuver NATO yang diadakan pada bulan Oktober dan November.”
“Presiden Obama telah memungkinkan penangkal nuklir AS menjadi usang. Kekuatan nuklir kembali ke era Presiden Reagan dan sebelumnya. Mereka tidak dimodernisasi, untuk mencegah generasi baru rudal nuklir canggih Rusia dan Cina. ”
Pakar ini menggarisbawahi bahwa pasokan senjata nuklir taktis AS telah direduksi menjadi hanya beberapa ratus bom gravitasi yang disimpan di Jerman. Sementara Rusia memiliki setidaknya 3.000 dan mungkin sebanyak 20.000 senjata nuklir taktis. “Banyak dilaporkan senjata berteknologi tinggi ini merupakan generasi ketiga nuklir yang membuat tidak ada dampak radioaktif atau efek yang tidak diinginkan lainnya, hulu ledak neutron ditingkatkan dan Super-EMP weapons yang tidak dimiliki Amerika. ”
Dia mengkritisi pengurangan anggaran pertahanan AS dengan menyebut pemotongan anggaran pertahanan mengurangi kemampuan dan kesiapan angkatan bersenjata AS di banyak kategori dan mencapai tingkat terendah sejak sebelum Perang Dunia II. “Perang 18 bulan melawan ISIS gagal untuk mencapai hasil yang nyata,” tulisnya memberi contoh.
Dia menggambarkan bagaimana Departemen Pertahanan menghabiskan uang US$500 juta untuk melatih pemeberontak dan hanya mendapatkan lima sampai empat orang saja untuk dilatih guna melawan rezim Bashar Assad.
Menurut Spy, militer AS justru sibuk menjadi eksperimen sosial dalam hal hak gay dan kesetaraan gender. Musuh-musuhnya jahat mendapatkan pesan itu hingga mereka menjadi lebih agresif. “Presiden dan tim keamanan nasionalnya adalah geng yang tidak bisa menembak lurus. Dan setelah hampir delapan tahun Obama, inkompetensi telah menyebar seperti kanker ke seluruh tubuh lembaga keamanan nasional Amerika, ” tegasnya.