
Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Mark Welsh mengingatkan tidak adanya biaya yang signifikan untuk modernisasi lini depan penerbangan tempur akan dibayar dengan banyaknya nyawa pasukan Amerika.
Berbicara pada acara pers selama latihan tempur udara trilateral dengan pasukan Prancis dan Inggris di Langley AFB di Virginia, Mark Welsh mengatakan selama 15 tahun lalu perang udara di Timur Tengah situasi belum cukup menantang untuk mendorong modernisasi militer secara politik dan moneter. Tetapi sekarang ini sistem kontra-udara terus berkembang biak secara global.
“Sayangnya, tidak ada upaya untuk modernisasi,” katanya sebagaimana dikutip Flightglobal Kamis 16 Desember 2015. “Pasukan udara yang ada di belakang kurva teknologi akan gagal. Kita tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. ”
Komentarnya muncul setelah pemerintah AS terlihat akan melakukan penghematan penghematan anggaran, dengan Lockheed Martin F-35 dan Long-Range Strike Bomber (LRS-B) berpotensi menghadapi pengurangan kuantitas atau pendanaan. Program baru yang lebih kecil seperti rekapitalisasi JSTARS juga berisiko dipotong.
Sebuah laporan baru Congressional Research Service menyoroti kemungkinan pemotongan pembelian tahunan F-35 dari yang direncanakan. Hal ini dilakukan sebagai solusi untuk memperlambat penuaan dan penggantian pesawat yang telah lelah dalam perang A-10 dan F-16. Alternatif termasuk menunda membeli tanker berikutnya, yang dikenal sebagai KC-Y, atau memindahkan program LRS-B ke rekening terpisah untuk proyek tingkat nasional.
USAF lebih suka usulan yang terakhir, tetapi juga melakukan pensiun pesawat usang tapi populer seperti A-10 dan Lockheed U-2.
“Saat ancaman meningkat, jika kemampuan Anda terhadap hal itu tidak menjadi unggul, maka Anda akan kehilangan lebih banyak nyawa jika Anda dihadapkan dengan ancaman itu,” kata Welsh. “Musuh tidak beristirahat, dan kita tidak mampu untuk [mengejarnya].”
Ancaman tersebut meliputi perkembangan rudal permukaan ke udara yang semakin canggih, sistem peperangan elektronik, serta ancaman berbasis ruang angkasa.
“Ini adalah tantangan yang dihadapi semua kekuatan udara,” kata Kepala Air RAF Marsekal Sir Andrew Pulford pada kesempatan yang sama. “Ini tentang menjaga keunggulan teknis, dan karenanya investasi di F-35.”
Pulford mengatakan RAF saat ini berada pada kekuatan paling kecil sepanjang sejarah meski juga menjadi ” paling ampuh”. Pemerintah Inggris bermaksud untuk membangun dua skuadron tambahan Typhoon dan skuadron F-35 Lightning II lain di luar rencana yang telah ada.