Prancis Gripen Membantu, Swedia: Tidak!

Prancis Gripen Membantu, Swedia: Tidak!

gripen2

Pemerintah Swedia mengabaikan permintaan Prancis yang meminta dukungan militer untuk menyerang ISIS setelah terjadinya aksi teror di Paris pada 13 November 2015.

Dalam pertemuan Uni Eropa Prancis meminta semua anggota Uni Eropa menyatakan dukungan militer dan semua negara setuju. Paris berharap Swedia untuk mengirimkan jet tempur SAAB JAS 39 Gripen untuk pengintaian taktis untuk Operasi Barkhane (Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, Niger) dan/atau Suriah. Tapi pada hari Rabu 16 Desember 2015 Stockholm mengatakan tidak akan memenuhi permintaan tersebut.

“Alasan yang paling penting adalah bahwa penggelaran pesawat Gripen akan menempatkan mereka di zona abu-abu ketika berkaitan dengan hukum internasional. Situasi akan berubah jika ada mandat jelas dari PBB, “kata Menteri Luar Negeri Swedia Margo Wallstrom selama konferensi pers pada hari Rabu.

Namun, Swedia bersedia untuk memberikan 50 sampai 100 jam kepada C-17A Globemaster III mereka berbasis di Pangkalan Udara Papa di Hungaria. Selain itu, Stockholm bersedia untuk mempertimbangkan permintaan Prancis untuk menggunakan senjata atau perlengkapan militer Swedia.

Pada tahun 2017 Swedia berencana untuk menyumbangkan salah satu pesawat angkut militer taktis TP 84 (C-130) Hercules untuk pasukan PBB di Mali.

Politik dan militer, dan sebagian oposisi di parlemen Swedia, melihat jawaban Swedia ats permintaan Paris sebagai kompromi yang jelas meski memang jauh dari yang diharapkan Prancis.

Swedia pernah ikut bergabung dalam misi tempur internasional. Pada bulan April-Oktober 2011 delapan pesawat Gripen pertama Swedia yang kemudian disusul lima jet lain terbang untuk misi pengintaian taktis di bawah payung NATO di langit Libya, yang beroperasi dari Sisilia. Operasi ini Unified Protector didukung oleh PBB. Pengerahan pada 2011 menandai misi tempur pertama Swedia sejak tahun 1960-an, ketika SAAB J29 Tunnans membentuk unsur udara dari pasukan PBB di Kongo.