Site icon

Geografi Mengerikan Perang Sipil Suriah

syria3Dengan gurun di selatan dan dataran besar subur di timur, hanya ada dua kepentingan strategis utama di Suriah. Pertama dataran pesisir dan pegunungan  dari barat yang dikendalikan oleh rezim Presiden Bashar Al Assad dan sekutunya , dan wilayah sungai Efrat di timur di bawah kekuasaan ISIS.

Dua daerah bertemu di utara sekitar Aleppo yang menjadi garis depan perang saudara. Pemberontak Arab Sunni yang didukung Barat menguasai Aleppo dan sekitarnya.

Memotong melalui gurun Syria, wilayah ISIS di Suriah terletak sebagian besar di sepanjang Efrat. Bergerak ke utara dari provinsi Anbar Irak, kelompok mengikuti sungai ke Suriah, menguasai persimpangan di Abu Kamal di 30 Juni 2015 kemudian bergerak ke utara menuju perbatasan Turki. Dengan perbatasan di belakangnya dan gurun di barat, ISIS mampu mengendalikan sungai dengan relatif mudah.

Hanya di kota Deir Ezzor, kota terbesar di timur dan pusat ekstraksi minyak Suriah, ISIS telah menghadapi perlawanan secara konstan.

Karena pentingnya ekonomi, rezim penguasan telah menempatkan kekuatan militer kuat di kota ini sejak sebelum perang saudara. Serangan udara telah menargetkan jembatan dan infrastruktur yang menjadi jalur pasokan kelompok militan dan memperkuat pasukan Al Assad. Namun rezim harus memasok pasukannya dari udara. Namun pasukan Assad telah mengalami sejumlah pukulan dan memungkinkan ISIS menguasai sebagian besar kota dengan pengecualian beberapa instalasi militer.

ISIS sebagian besar telah gagal untuk bergerak di luar sungai dengan pengecualian di Palmyra, sebuah kota bersejarah di tengah-tengah negara  yang  dikelilingi oleh pegunungan dan gurun. Upaya militan untuk mengontrol Ayn al-Arab gagal setelah menghadapi pejuang Kurdi yang didukung serangan udara AS mendorong ISIS kembali, dan upaya mereka untuk masuk ke Aleppo dihadapkan dengan perlawanan dari orang-orang Arab Sunni dan rezim Al Assad.

Next: Arab Sunni Kunci, Tetapi Terjebak

Namun nyaris tidak  mungkin pasukan Arab Sunni di daerah ini dapat mendorong mundur ISIS untuk kembali menyusuri sungai. Tentara Suriah dan sekutunya di sisi barat Sunni membatasi mereka karena keduanya juga merupakan musuh yang saling berhadapan.

Di pantai, tentara Al Assad mempertahankan posisi yang nyaman. Daerah ini merupakan benteng rezim dan Hizbullah mempertahankan kontrol dari sebagian besar wilayah sekitar perbatasan Lebanon, pemerintah menikmati penghalang gurun di satu sisi dan pantai di sisi lain. Jalur laut memudahkan untuk mempertahankan paokan untuk rezim dan dapat dengan mudah mendeteksi dan mengusir serangan.

Rusia telah memusatkan serangan di wilayah utara. Hal inilah yang memunculkan kritik dengan mengklaim Rusia menggunakan perang melawan teror sebagai alasan untuk menargetkan pemberontak yang didukung Barat dan menimbulkan ancaman bagi Al Assad. Serangan udara Moskow bertujuan untuk membersihkan wilayah pemberontak dan memungkinkan pasukan darat rezim bergerak ke Idlib dan Aleppo.

Strategi ini telah menemui perlawanan. Turki telah menembak jatuh satu pesawat Rusia, mengklaim pesawat itu melanggar wilayah udaranya.

Realitas geografis konflik di Suriah menjadikan pilihan untuk mengakhiri konflik menjadi sulit.  Sebanyak 70.000 pemberontak Arab Sunni sebenarnya menjadi salah satu kekuatan paling ampuh untuk mengalahkan Islam. Lokasi mereka di perbatasan dengan Turki yang mendukungnya hingga persediaan pasokan dan pejuang dapat terus mengalir, tetapi dengan Al Assad di barat dan selatan dan ISIS di timur mereka terjebak.

Para pejuang juga terpecah-pecah hingga tidak mampu membuat keputusan militer secara terpadu. Keputusan apapun akan memunculkan risiko eksistensial. Serangan udara ke timur mungkin cukup untuk melepaskan tekanan dari ISIS, tapi harus ada jaminan perbatasan barat aman. Artinya rezim Al Assad tidak menggempur mereka.

Sumber: War is Boring

Exit mobile version