Israel dan Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir mengintesifkan pembicaraan terkait rencana pembelian pesawat tempur siluman F-35. Muncul keinginan negara Yahudi itu untuk tidak hanya mengakuisi F-35A, tetapi juga membeli varian dari F-35B yang mampu lepas landas di pangkalan pendek dan mendarat secara vertikal.
F-35B STOVL (short take-off and vertical landing) dirancang untuk mendarat dan lepas landas dari kapal amfibi angkatan laut. Sementara F-35A untuk pendaratan dan take off konvensional sementar F-35C adalah varian untuk beroperasi di kapal induk.
Media Walla mengutip sejumlah sumber mengatakan membeli skuadron F-35B STOVL secara substansial akan meningkatkan supremasi Angkatan Udara Israel dan memungkinkan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil karena kemampuan mendarat dan take off dengan vertikal.
Israel sejauh ini telah memastikan untuk membeli 34 F-35 A dan memiliki opsi untuk membeli 17 pesawat tambahan. Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Udara Israel telah meningkatkan kemampuan dengan penekanan pada pesawat tempur setelah rudal Hizbullah semakin hari semakin berbahaya. Sumber intelijen militer di Israel memperkirakan bahwa Hizbullah telah memiliki lebih dari 130.000 rudal dan roket yang terutama dipasok oleh Iran. Beberapa di antaranya termasuk rudal Scud yang dapat mencapai target apapun di Israel.
Tahap berikutnya Hizbullah dalam mempersenjatai dirinya termasuk pembelian rudal yang lebih akurat. Hal ini akan menjadi ancaman yang lebih serius terhadap pesawat tempur Angkatan Udara Israel dan landasan pacu di pangkalan angkatan udara. Ahli Israel membayangkan sebuah skenario di mana Hizbullah akan membuka perang dengan dengan rentetan ribuan rudal selama beberapa dengan tujuan untuk melumpuhkan operasional pesawat tempur.
Dalam skenario seperti ini kebutuhan pesawat dengan kemampuan lepas landas di landasan pendek dan mendarat secara vertikal akan menjadis angat diperlukan.
