Ketegangan yang terus terjadi mau mau tidak mau sejumlah negara yang bersinggungan baik langsung atau tidak langsung dengan daerah ini mulai pasang kuda-kuda. Salah satunya dengan penguatan militer mereka.
Konflik wilayah teritori di laut China Selatan yang melibatkan sedikitnya enam negara yakni China, Taiwan, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Brunei. Indonesia berada di ujung pintu keterlibatan konflik setelah China beberapa waktu lalu mulai mengklaim Pulau Natuna meski dalam peta China klaim itu baru ditunjukkan dalam garis putus-putus yang menandakan hal itu belum secara resmi ditegaskan oleh China.
Situasi bisa saja makin panas bahkan tidak menutup kemungkinan akan pecah pada konflik senjata. Apalagi masing-masing negara sudah tak bisa lagi menahan diri untuk memperkuat armada militer mereka. Hal ini jelas sebagai sikap siap perang dalam jangka panjang.
Perkembangan situasi akan sangat tergantung pada kebijakan politik masing-masing negara. Karena perang hanya bisa ditentukan oleh negara. Perang tidak meletus dengan sendirinya tetapi buntut dari sebuah kebijakan.Konflik di kawasan laut China Selatan sebenarnya bukan hal yang baru. Kalaupun saat ini memanas karena pergerakan China yang kian agresif. Bahkan dalam sejarah konflik militer meski dalam skala kecil beberapa kali terjadi di kawasan ini.Pada 1988 misalnya angkatan laut China dan Vietnam pernah terlibat bentrok di Kepulauan Spartly yang dijadikan rebutan dua negara. Sebuah kapal Vietnam tenggelam dan 70 prajuritnya meninggal dunia.
Sedangkan pada 1995 juga terjadi class antara tentara Taiwan dan Vietnam ketika sebuah arteleri dilesakkan oleh Taiwan kepada AL Vietnam. Pada 1996 giliran Filiphina yang bentrok dengan China dalam sebuah kontak senjata selama kurang lebih 90 menit juga di kawasan Spartly. Persoalan akan lebih rumit karena jika konflik terus terjadi maka negara yang terlibat pastilah bukan hanya enam negara tersebut.Amerika pasti juga akan turun. Demikian juga Australia bahkan Inggris dan tidak menutup kemungkinan Rusia, Jepang, India dan negara lain. Jika itu terjadi maka perang besar akan berkecamuk dengan dahsyat. Karena Amerika ikut perang tentu akan menjadi perimbangan kekuatan yang menjadikan perang akan berlangsung berimbang dan lama.
Amerika jelas memiliki kepentingan ekonomi dan politik atas Laut China Selatan. Hingga beberapa kali Amerika memperingatkan China untuk tidak melakukan provokasi yang memancing kerusuhan. China pun menyadari Amerika akan turun jika negara itu meledakkan perang.
Next: Kenapa Diperebutkan?
Hal lain yang menjadikan kawasan ini diperebutkan adalah kekayaan alam yang banyak terdapat di Laut China Selatan. China memperkirakan bahwa wilayah Spratly mempunyai
cadangan minyak dan gas alam 17,7 miliar ton. Jumlah ini lebih besar dibandingkan Kuwait yang menempati ranking ke 4 soal cadangan minyak terbesar dunia saat ini dengan jumlah 13 miliar ton. Belum lagi soal kandungan gas alam yang juga melimpah. Sebagian besar hidrokarbon kawasan LCS dieksplorasi oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Perkiraan menurut United States Geological Survey dan sumber lain-lain menunjukkan bahwa sekitar 60% -70% dari hidrokarbon di LCS adalah gas sementara itu, penggunaan gas alam di wilayah ini diproyeksikan akan tumbuhsebesar 5% per tahun selama dua dekade mendatang, diperkirakan bisa mencapai sebanyak 20 triliun kaki kubik (Tcf ) per tahun lebih cepat daripada bahan bakar lainnya. Nah sudah jelas kan kenapa banyak negara yang mati-matian mengklaim wilayah ini?
Next: Peta Konflik dan Kekuatan