Site icon

Menebak Masa Depan F-35 (II): Mengikuti Jalur Terjal Phantom

F-4 Phantom
F-4 Phantom

Dengan julukan seperti “Rhino,” “Lead Sled” dan DUFF (“Double Ugly Fat F*cker”), karena bentuknya yang tampak seperti penjahat yang melawan hukum aerodinamis, Phantom adalah bukti bahwa “Batu bata bisa terbang jika Anda memiliki mesin yang cukup besar di atasnya, “untuk meminjam satu komentar yang terkenal.

F-4 tidak cantik, tapi dia produktif. Sekitar 5.195 F-4 dibangun, menjadi andalan Angkatan Udara AS, Angkatan Laut dan pasukan tempur Marinir, serta jet tempur utama di Israel, Inggris dan Jepang. Phantom menjadi ikon kekuatan udara Barat, jet yang melambangkan perang udara di Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Pesawat ini juga tidak memulai kariernya sebagai pesawat populer. Sama seperti F-35 yang mulai sebagai pesawat tempur Korps Marinir sampai menjadi multi-service Joint Strike Fighter.  F-4 lahir pada tahun 1959 sebagai pencegat berbasis kapal induk US Navy, sampai kemudian McNamara ingin sebuah jet tempur umum untuk semua layanan.

Seperti F-35, F-4 didasarkan pada konsep  pertempuran udara masa depan. F-35 juga lahir dari keyakinan bahwa fighter harus menggunakan kekuatan siluman dan memiliki kemampuan untuk berbagi data taktis dengan pesawat untuk mengejutkan dan memilih lawan-lawan mereka.

Sementara  F-4 didasarkan pada keyakinan bahwa pertempuran udara akan dilakukan dari luar jangkauan visual dengan menggunakan rudal radar jarak jauh.

Tentu tidak ada yang tahu apakah filosofi desain F-35 akan terbukti benar, tapi jika belajar pada Phantom sepertinya tidak akan salah. Rudal Sparrow yang digunakan ternyata melempem, dan dalam setiap peristiwa pesawat AS dilarang untuk melakukan serangan di luar visual ketika perang di Vietnam Utara. Alih-alih menembak dari jarak jauh  pilot F-4 AS justru berkutat dalam dogfights kecepatan rendah dengan pesawat yanag kurang canggih tapi jauh lebih lincah seperti MiG-21 dan MiG-17.

Karena diracang untuk tempur jarak jauh, Phantom awalnya tidak memiliki sebuah meriam internal, sehingga meski dia bisa berada di belakang ekor MiG, pilot hanya bisa menggunakan rudal Sidewinder pencari panas.  Sementara dua mesin J79 memang memiliki banyak kekuatan tetapi juga banyak asap, sehingga pilot MiG bisa melihat Phantom dari jarak jauh.

Hasilnya adalah bahwa rasio kill Phantom adalah 2:1 di perang Vietnam. Sebuah pukulan yang memalukan ketika melawan MiG yang lebih tua dan berteknologi rendah.

Sprey percaya F-4 adalah sebuah kesalahan. Dia berpendapat AS akan menjadi lebih baik menggunakan pesawat lebih murah seperti A-4  sebagai bomber dan pesawat bermanuver F-5 sebagai dogfighternya.

“Membeli F-4 untuk USAF jauh tidak lebih efektif dibandingkan A-4 karena berarti kita mengirimkan jauh lebih sedikit bom ke Vietnam dengan biaya dua setengah kali lebih tinggi sementara kehilangan setidaknya tiga kali lebih banyak dari awak pesawat kami,” katanya. “Anda juga akan lebih bauk dengan memberikan 500 F-5 ke USAF untuk pertempuran udara dan 2.500 A-4 untuk pengeboman. Hal itu hanya membutuhkan sepertiga  biaya dibandingkan 3.000 F-4 USAF, dan kami akan menghancurkan jauh lebih banyak target darat Vietnam dan setidaknya dua kali lebih banyak MiG.” (Bersambung)

Exit mobile version